Denpasar (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Provinsi Bali mendorong Pemerintah Kabupaten Jembrana dapat berfokus pada sektor pertanian dan mendorong industri pengolahan dengan mengembangkan hilirisasi produk atau hasil pertanian.
"Hal ini dapat memberikan nilai tambah pada produk pertanian sehingga akan meningkatkan daya jual atau daya saing komoditas ekspor, seperti padi, kakao dan ikan, yang tentunya akan berdampak pada perekonomian kabupaten Jembrana," kata Kepala KPwBI Provinsi Bali Trisno Nugroho di Denpasar, Rabu.
Trisno menambahkan, lapangan usaha utama perekonomian kabupaten yang terletak di ujung barat Provinsi Bali itu pada sektor pertanian (21,81 persen), transportasi (14,42 persen) dan akomodasi makan minum (12,27 persen).
Sementara itu, kinerja ekonomi Jembrana di tahun 2020 tercatat tumbuh sebesar minus 4,96 persen (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya yang sebesar 5,56 persen (yoy).
Baca juga: BI Bali: Harga cabai rawit tinggi jelang Nyepi dapat picu inflasi
Dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Jembrana belum lama ini, Trisno juga menyoroti menjelang Hari Suci Nyepi, ada empat komoditas yang perlu dicermati yakni telur ayam ras, bawang merah, cabai merah dan cabai rawit.
"Hal ini terutama disebabkan oleh periode perayaan Nyepi yang berlangsung pada triwulan I, pasokan masih belum optimal akibat curah hujan yang tinggi, serta peningkatan permintaan menjelang hari raya. Perkembangan harga cabai rawit dan daging babi masih terus mengalami tren yang meningkat, seiring dengan keterbatasan pada kedua pasokan tersebut," ucapnya.
Pihaknya merekomendasikan sejumlah kebijakan untuk pengendalian inflasi ke depan yakni pelaksanaan program pengendalian inflasi sesuai kewenangan OPD dengan tetap mematuhi protokol kesehatan COVID-19, kemudian TPID menjamin kecukupan pasokan, kestabilan harga dan kelancaran distribusi sebelum pelaksanaan hari raya.
Selanjutnya, mendorong kerja sama antar daerah dan mendorong pembentukan BUMD pangan serta pemanfaatan aplikasi digital dalam teknologi pertanian, pemantauan harga dan penjualan hasil pertanian.
Sedangkan Bupati Jembrana I Nengah Tamba meminta seluruh unsur TPID Kabupaten Jembrana dapat mengambil langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi permasalahan kendala pasokan produk pertanian, terlebih di bulan Maret ini juga banyak hari raya keagamaan.
"Dengan langkah antisipasi yang tepat, kami harapkan dapat menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok di Kabupaten Jembrana," ucapnya.
Baca juga: BI dorong UMKM di Bali gunakan kanal penjualan daring
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana I Wayan Sutama menambahkan, dengan adanya wabah virus African Swine Flu (ASF) pada ternak babi masih berpengaruh terhadap keterbatasan pasokan komoditas daging babi di pasar.
"Curah hujan yang tinggi membuat pasokan cabai rawit terganggu. Upaya Pemerintah Kabupaten Jembrana berupa pemberian bibit cabai kepada masyarakat dinilai belum mampu menekan laju kenaikan harga cabai rawit," katanya.