Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan surplus neraca perdagangan pada Desember 2024 sebesar 2,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS)
“Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap sehat sehingga mendukung ketahanan eksternal. Surplus neraca perdagangan berlanjut pada Desember 2024 yang tercatat 2,2 miliar dolar AS, dipengaruhi oleh kinerja ekspor komoditas utama Indonesia yang kuat, seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja,” ungkapnya dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Januari 2025 dengan Cakupan Triwulanan di Gedung BI, Jakarta, Rabu.
Perkembangan ini disebut mendukung transaksi berjalan 2024 tetap sehat dan diprakirakan dalam kisaran defisit rendah 0,1 - 0,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Di sisi lain, ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi menurunkan aliran masuk modal asing ke instrumen keuangan domestik dengan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masing-masing hanya mencatat inflows 19 juta dolar AS dan 288 juta dolar AS pada awal tahun 2025, hingga 13 Januari.
Kemudian, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2024 tercatat tinggi sebesar 155,7 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,7 - 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
“Ke depan, NPI pada 2025 diprakirakan tetap sehat seiring dengan surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut dan defisit transaksi berjalan yang terjaga dalam kisaran defisit 0,5-1,3 persen dari PDB. Surplus neraca transaksi modal dan finansial didukung oleh aliran masuk modal asing sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik yang lebih baik dan imbal hasil investasi yang menarik,” ucap Perry.
Baca juga: Gubernur BI sebut penurunan BI-Rate 5,75 persen untuk dorong pertumbuhan domestik
Baca juga: Bank Sentral: Pertumbuhan ekonomi Indonesia 4,7-5,5 persen pada tahun ini