Denpasar (Antara Bali) - Ungkapan "Arab Maklum" itu bukan istilah baru untuk menunjukkan keragaman masyarakat Arab Saudi, seperti Arab Mesir, Arab Yaman, Arab Saudi, dan sebagainya, meski "viral" di dunia media sosial justru "gagal paham" dengan menyeragamkan bangsa Arab yang beragam itu.
Jadi, ungkapan "Arab Maklum" itu sekadar plesetan dari "Harap Maklum" untuk menyampaikan pesan bahwa kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Bali itu sangat berbeda dengan kunjungan sebelumnya ke Jakarta dan Bogor (1-4 Maret 2017), karena sang "penjaga dua kota suci" Mekkah dan Madinah itu datang untuk berwisata ke Bali yang juga dikenal sebagai potongan "surga" itu.
"Selamat siang, Bali, Barusan dapat info dari Tim Dirjen Protokol Negara bahwa kedatangan raja tidak berkenan diliput oleh media, karena sifatnya bukan kunjungan kenegaraan, tapi ini berlibur pribadi. Mohon dihargai privacy beliau," begitu pesan dari pihak Kementerian Pariwisata RI kepada para wartawan lewat whatsapp (WA).
Intinya, kalangan pers diharap untuk maklum dengan "privacy" itu. Bahkan, Setda Provinsi Bali juga sangat berhati-hati untuk menyiapkan agenda penyambutan sang raja yang berlibur ke Bali selama lima hari (4-9 Maret 2017) bersama sekitar 1.500 orang, diantaranya putra mahkota, 25 orang pangeran, 14 pejabat setingkat menteri, dan keluarga kerajaan.
Saat memimpin rapat koordinasi persiapan kedatangan Raja Salman (2/3), Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Provinsi Bali I Dewa Putu Eka Wijaya Wardana menyatakan pihaknya masih menunggu kepastian dari perwakilan Arab Saudi terkait bisa-tidaknya tari Pendet itu dipentaskan, karena harus menunggu pendapat dari Raja Salman terlebih dahulu.
Akhirnya, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha mengatakan pihaknya sudah mendapat kepastian bahwa Tari Pendet telah disetujui untuk dipentaskan menyambut kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud.
"Kamis (2/3) malam, kami sudah ditelepon oleh Bapak Gubernur, bahwa untuk penampilan tari penyambutan (Tari Pendet) itu sudah pasti, sehingga kami diminta untuk menyiapkan dengan baik," kata Dewa Beratha, di Denpasar (3/3).
Dewa Beratha menambahkan, Tari Pendet untuk penyambutan kedatangan Raja Arab Saudi di Bandara Ngurah Rai, Bali, Sabtu (4/3) petang, dibawakan oleh 50 penari cilik dari Sanggar Tari Sawitri yang merupakan binaan Dinas Kebudayan Provinsi Bali.
"Pada prinsipnya, Tari Pendet yang ditampilkan pun tidak ada perubahan, tetap Tari Pendet seperti biasanya, dari segi busana dan sebagainya," ujarnya sembari menyebutkan bahwa tarian tersebut jika dilihat asal usul penciptaannya memang dibuat untuk penyambutan tamu agung.
Apalagi, lanjut dia, tarian itu untuk menyambut kedatangan seorang raja, yang sekaligus menjadi momentum bagi Bali untuk mempromosikan adat dan budaya setempat, untuk mendukung perkembangan kepariwisataan.
"Budaya yang ditampilkan betul-betul budaya asli Bali, yang tidak diubah sesuai permintaan apapun. Karena yang dipromosikan adalah seni budaya Bali, pariwisata Bali adalah pariwisata budaya," ucapnya menegaskan.
Makna Toleransi
Kendati wisata sang raja itu bersifat "privacy", namun objek wisata yang diperkirakan dikunjungi rombongan Raja Arab itu selama di Pulau Dewata antara lain Pura Besakih di Kabupaten Karangasem, Pantai Kuta di Kabupaten Badung, dan Tanah Lot di Kabupaten Tabanan.
Jika terlaksana, wisata Raja Arab dan rombongan ke Pura Besakih akan mampu lebih memantapkan toleransi dan kerukunan kehidupan lintas agama, kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana.
"Beliau adalah raja yang bijaksana dan toleransi, karena selain mengunjungi masjid, juga diharapkan mengunjungi Pura Besakih," kata Ketua PHDI Provinsi Bali Prof Ngurah Sudiana di Denpasar (4/3).
Ia mengatakan, Indonesia, khususnya masyarakat Bali sangat bersyukur atas kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud itu, karena ke Pura Besakih itu mencerminkan hal yang sangat baik dalam mewujudkan kebhinnekaan bagi Indonesia, sekaligus memantapkan kedamaian, kenyamanan dan kerukunan umat lintas agama di dunia.
Bahkan, saat bertemu dengan 28 tokoh agama di Jakarta (3/3), Raja Arab Saudi, Salman bi Abdulaziz al-Saud memuji kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
"Stabilitas Indonesia merupakan buah dari semangat toleransi dan hidup berdampingan di antara semua lapisan penduduk Indonesia. Kita hendaknya dapat bekerja sama untuk terus menjalin komunikasi dengan dialog di antara umat beragama agar dapat memperkuat nilai-nilai toleransi," katanya.
Hal itu juga ditegaskan oleh Putri Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid. "Dalam dua kali pertemuan yang saya hadiri, Raja Salman menyatakan apresiasinya atas budaya toleransi beragama yang ada di Indonesia," kata Yenny Wahid di Jakarta (4/3).
Yenny sempat menghadiri pertemuan antara Raja Salman dengan Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara, Kamis (2/3). Dia juga sempat hadir dalam pertemuan terbatas di Hotel Raffles Jakarta, Jumat (3/3). Yenny diundang sebagai salah satu elemen tokoh agama dari The Wahid Institute.
"Raja Salman memuji pencapaian stabilitas politik di Tanah Air berkat faktor kerukunan umat beragama yang dipraktikkan di Indonesia. Raja Salman juga menegaskan pentingnya dialog antarumat beragama. Di Arab Saudi, dialog antarumat beragama menjadi sebuah kebijakan pemerintah," katanya.
Raja Salman, katanya, mencontohkan adanya Abdul Aziz Center di Wina sebagai fasilitas yang sengaja didirikan untuk tujuan dialog antarumat beragama. "Saat ini ada perhatian yang begitu besar dari Arab Saudi terhadap Indonesia. Hal itu menunjukkan makin meningkatnya peran strategis Indonesia dalam kancah global," kata Yenny Wahid.
Ya, makna toleransi yang maha penting itulah yang dipesankan sang raja, baik dalam kunjungan kenegaraan di Jakarta dan Bogor yang bersifat terbuka maupun "kunjungan wisata" di Bali yang bersifat "Arab Maklum" (tertutup/privacy) itu. (WDY)