Denpasar (Antara Bali) - Subsektor tanaman pangan yang meliputi padi dan palawija dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali perannya sebesar 97 persen pada bulan November 2016, menurun 0,36 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 97,36 persen.
"Subsektor tanaman pangan itu perannya masih berada di bawah 100 persen yang berarti, nilai yang diterima dari hasil pertanian tanaman pangan itu belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun biaya produksi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, indeks harga yang diterima petani (lt) pada subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,11 persen. Kenaikan tersebut terjadi pada kelompok padi sebesar 0,40 persen.
Sebaliknya pada kelompok palawija turun sebesar 0,64 persen. Sementara itu indeks harga yang dibayar petani (lb) tercatat mengalami kenaikan yang lebih besar, yakni 0,48 persen.
Adi Nugroho menambahkan, kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh naiknya indeks harga konsumsi rumah tangga (IHKP) 0,55 persen serta indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,11 persen.
Harga gabah kering panen (GKP) tingkat petani di Bali mengalami kenaikan sebesar 1,58 persen dari Rp4.293,98 per kilogram pada bulan Oktober 2016 menjadi Rp4.361,86/kg pada November 2016.
Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan naik sebesar 1,41 persen dari Rp4.375,19 menjadi Rp4.436,83 per kilogram. Harga gabah di tingkat petani dan penggilingan itu berada di atas harga patokan pemerintah (HPP) yang berlaku sejak Mei 2015 untuk tingkat petani sebesar Rp3.700 per kg dan tingkat penggilingan Rp3.750 per kg.
Hasil pemantauan harga gabah tersebut dilakukan ditujuh kabupaten di Bali yang meliputi Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng.
Adi Nugroho menjelaskan, subsektor tanaman pangan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas dua mengalami penurunan dan tiga subsektor mengalami kenaikan.
Kedua subsektor yang mengalami penurunan selain tanaman pangan juga subsektor peternakan 0,80 persen.
Sedangkan ketiga subsektor yang mengalami kenaikan meliputi subsektor perikanan 0,38 persen, hortikultura 0,20 persen dan tanaman perkebunan rakyat 1,06 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)