Denpasar (Antara Bali) - Jamu dari produksi industri di Indonesia berpotensi untuk bersaing dan menembus pasaran ekspor, karena jamu semakin memasyarakat di seluruh pelosok Nusantara dan bangsa-bangsa lain di belahan dunia.
"Produksi jamu kini semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia maupun bangsa-bangsa lain di belahan dunia, sehingga aneka jenis jamu sangat berpeluang menembus pasaran ekspor," kata Ketua Dewan Pengurus Daerah Gabungan Pengusaha (DPD GP) Jamu Provinsi Bali Gede Ngurah Wididana di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan bahan baku, kreativitas, inovasi, pengalaman dan kekayaan informasi tentang penggunaan tanaman obat selama ribuan tahun menjadi modal kekayaan budaya bangsa Indonesia, yang tidak dimiliki bangsa lain.
"Kita sebagai generasi penerus harus bangga akan perjuangan leluhur bangsa yang telah bersusah payah melestarikan kekayaan warisan budaya jamu," ujar Gede Ngurah Wididana yang juga Direktur Utama PT Karya Pak Oles yang mengelola sejumlah perusahaan di sejumlah daerah di Indonesia itu.
Salah satu produk PT Karya Pak Oles yang belakangan mencuat ke permukaan adalah loloh dan klorofil. Loloh adalah ekstrak daun herbal yang dilarutkan bersama air. Cara membuat loloh adalah dengan menumbuk, membelender, atau meremas daun herbal dengan air, kemudian disaring agar mudah diminum.
Untuk meningkatkan rasa loloh yang sepat dan terkadang pahit sesuai dengan bahan herbal yang digunakan, maka loloh dicampur dengan asam, gula, garam, jeruk nipis, atau jus buah segar.
Loloh adalah minuman herbal segar dari hasil kreativitas ilmu pengobatan masyarakat Bali sebagai keunggulan lokal (lokal genius) yang sangat berharga untuk menjaga kesehatan dan kebugaran masyarakat Pulau Dewata.
Gede Ngurah Wididana menambahkan, gabungan pengusaha jamu dan Badan POM di bawah Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan kementerian terkait hendaknya dapat bersatu padu dengan berbagai potensi dan jaringannya untuk mengembangkan dan kemajukan industri jamu di Indonesia.
Dengan demikian produksi jamu Indonesia dan seluruh masyarakat dapat berperanserta secara aktif dalam mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di nusantara.
Untuk mengembangkan kepercayaan diri generasi muda dan seluruh lapisan masyarakat akan jamu, gerakan minum jamu dan cinta jamu nasional sangat penting.
"Kita harus bangga dengan produk jamu kita sendiri, bangga menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan kita harus sopan menjadi tamu terhormat di negeri orang lain," ujar Gede Ngurah Wididana.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Tradisional Kementerian Kesehatan Menarwati membuka Gerakan Minum Jamu dan Cinta Jamu Indonesia di Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar, Sabtu (30/7) malam, yang dihadiri ribuan orang. (WDY)
Jamu Indonesia Berpotensi Tembus Pasaran Ekspor
Minggu, 31 Juli 2016 13:31 WIB