Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan adanya peluang dan tantangan yang akan dihadapi daerahnya pada 2020-2030 yang diprediksi mengalami bonus demografi.
"Tahun 2020 nanti, lansia akan banyak dan juga anak-anak yang baru lahir," kata Pastika saat membuka acara "simakrama" atau temu wicara dengan masyarakat Bali, di Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, bonus demografi di satu sisi akan menjadi hal yang bagus bagi negara dan juga Bali karena tenaga kerja jumlahnya akan sangat besar dan juga banyak kaum lansia yang masih produktif di tengah rata-rata harapan hidup orang Bali yang mencapai 72 tahun.
Namun, tambah dia, bonus demografi dapat menjadi petaka ketika tidak bisa dikelola dengan baik. Ketika tak bisa dikelola, bisa saling "makan" antara satu dengan yang lainnya karena masyarakat yang sudah siap bekerja tetapi tidak mendapatkan pekerjaan.
"Oleh karena itu, mari kita berpikir agak jauh mencari strategi karena 2020-2030 akan terjadi ledakan penduduk produktif di Bali," ujar Pastika.
Apalagi, kata dia, ketika yang tidak bekerja nanti adalah orang-orang intelektual, maka mereka itu tuntutannya akan banyak.
Pada kesempatan simakrama yang dihadiri oleh Wagub Bali Ketut Sudikerta, Sekda Bali COkorda Ngurah Pemayun dan kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Provinsi Bali itu, Pastika kembali mengutarakan tujuan dilaksanakannya simakrama.
"Simakrama ini untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik yang ditandai setidaknya dengan tiga hal yakni transparansi, akuntabilitas, dan adanya partisipasi publik," ujarnya.
Terkait dengan transparansi, lanjut dia, seharusnya tidak boleh ada program pembangunan yang ditutup-tutupi oleh pemerintah. Sedangkan akuntabilitas artinya dapat dipertanggungjawabkan sesuai hukum perundang-undangan dan nilai etika moral.
Sementara itu, pemerintah menyelenggarakan pemerintahan seharusnya memang atas aspirasi publik. Jadi apa yang dikehendaki publik, itulah yang dilaksanakan. (WDY)