Negara (Antara Bali) - Abrasi memaksa nelayan kecil yang menggunakan sampan, di Dusun Ketapang Lampu, Desa Pengambengan, Kabupaten Jembrana pindah sandar, untuk mencari pantai yang lebih landai.
Pantauan di lapangan Selasa, puluhan nelayan terpaksa memarkir sampannya sekitar 300 meter dari lokasi semula, yang otomatis jaraknya lebih jauh dari rumah mereka.
"Menaruh sampan jauh dari rumah ada resikonya, bisa saja mesin sampan hilang karena jauh dari pengawasan pemiliknya," kata Samsul, salah seorang nelayan.
Ia mengatakan, sebelum abrasi hebat melanda wilayah tersebut, lokasi dirinya serta nelayan lainnya memarkir sampan, hanya berjarak sekitar 25 meter dari rumahnya.
Dengan jarak tersebut, pada waktu-waktu tertentu, khususnya malam hari ia bisa mengawasi sampannya dengan datang ke pantai.
Karena lokasi sandar yang baru jauh dari rumahnya, ia mengaku, tidak bisa mengawasi peralatan sampannya tersebut, karena kalau membawa pulang setiap hari cukup berat.
"Kalau harus memikul mesin setiap hari saya tidak kuat. Saat-saat tidak capek atau dalam perbaikan saja saya membawanya pulang," ujarnya.
Keluhan yang sama juga disampaikan nelayan lainnya, tetangga dari Samsul, namun mereka mengaku tidak berdaya, apalagi tanah yang termakan abrasi bukan milik mereka.
Meskipun harus berjalan kaki lebih jauh, mereka terpaksa melakukannya, dan berharap lokasi sandar sampan yang baru tersebut tidak ikut tergerus abrasi.
Sebagian nelayan di Dusun Ketapang Lampu, tinggal di pinggir pantai dengan cara menyewa tanah, yang sekarang mulai habis tergerus abrasi.
Selain masalah lokasi parkir untuk sampannya, belasan nelayan juga harus mencari tempat tinggal yang baru, karena tanah sewaan yang mereka tempati saat ini jaraknya tinggal sekitar lima meter dari air laut.(GBI)