Nusa Dua (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali menyerukan pemanfaatan energi bersih dimulai dari Pulau Dewata yang dapat diikuti negara lainnya di dunia.
"Setiap pembangunan dan program di Bali, kami tekankan kepada `pro job`, `pro poor`, `pro culture`, dan `pro environment`," kata Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2016, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, saaat ini kontribusi Bali dalam menjaga lingkungan sudah dilaksanakan. Berbagai program Pemerintah Provinsi Bali demi mencapai Bali sebagai "Green Province" atau Provinsi Hijau juga telah dimaksimalkan, seperti program Simantri (Sistem Pertanian Terintegerasi) yang menghasilkan pupuk organik dan biogas sebagaiu pengganti bahan kimia, program Bali Clean and Green dan sebagainya.
Apalagi, tambah Pastika, ada filosofi masyarakat Bali yang sudah terpatri di seluruh masyarakat yaitu Tri Hita Karana (menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan lingkungan) secara tidak langsung telah memaksa masyarakat Bali untuk lebih cinta terhadap lingkungannya.
"Kami juga setiap tahun merayakan Nyepi. Tidak ada lampu, tidak ada polusi semua orang diam di rumah, bahkan bandara dan pelabuhan tutup. Dunia pun sudah mengakui, Nyepi adalah salah satu kontribusi Bali untuk dunia dalam rangka penghematan energi," ucapnya.
Pastika berharap forum ini bisa merumuskan beberapa masukan sehingga bisa dijadikan sebagai sebuah kebijakan untuk menyelamatkan lingkungan kita.
"Ke depan Bali semoga juga bisa dikenal sebagai Island of Clean Energy, selain sebagai Island of God, Island of Paradise dan Island of Love," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said dalam laporannya menjelaskan bahwa BCEF 2016 yang dihelat pada 11-12 Februari 2016 ini diselenggarakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bekerja sama dengan International Energy Agency (IEA), yaitu badan energi dunia yang sedang gencar mendorong penggunaan energi bersih.
Tahun lalu, Indonesia bergabung dengan IEA bersama dengan Tiongkok dan Thailand. Forum ini dihadiri oleh lebih dari 1.200 partisipan yang merupakan perwakilan negara-negara di dunia, antara lain Saudi Arabia, Australia, Timor Leste, Malaysia, Papua Nugini, Srilanka, Kamboja, Hungaria, Amerika Serikat, Denmark, Jepang, Swedia, Selandia Baru, Jerman, Swiss, Inggris, Kroasia, Azerbaijan, Norwegia, Kazakhstan, Finlandia, Spanyol, Iran, Perancis, Belgia dan Uni Eropa; perwakilan dunia usaha; pakar di bidang energi; perwakilan masyarakat sipil dan komunitas muda; serta media massa nasional dan internasional.
Said juga menambahkan bahwa salah satu terobosan penting dalam BCEF 2016 ini adalah diluncurkannya Bali sebagai Clean Energy Center of Excellence (CoE) atau Pusat Keunggulan Energi Bersih Indonesia kepada masyarakat internasional.
CoE adalah pusat terpadu bagi penelitian, pengembangan hasil penelitian, pendidikan, peningkatan kapasitas pelaksanaan, hingga fasilitasi investasi dalam pengembangan energi bersih dengan tiga menu utama: informasi, teknologi, dan pendanaan.
"CoE akan menjadi kanal penghubung bagi kesiapan nasional dalam mewujudkan sistem energi yang berdasarkan pada sumber energi bersih dan berkelanjutan, karena mendukung upaya percepatan pengembangan energi terbarukan menjadi 23 persen dalam komposisi bauran energi nasional pada tahun 2025," katanya.
Untuk jangka empat tahun ke depan, CoE akan berfokus dua pada upaya mendukung program pembangunan ketenagalistrikan 35 MW, dan 25 persennya atau sekitar 8,8 GW akan datang dari energi terbarukan. (WDY)
Bali Serukan Pemanfaatan Energi Bersih Di Dunia
Kamis, 11 Februari 2016 20:23 WIB