Denpasar (Antara Bali) - Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (Stikom) Bali menyelenggarakan kegiatan "Indonesia Cyber Army" (ICA) 2015.
Kepala Dinas Komonikasi dan Informatika Kota Denpasar Dewa Made Agung di Denpasar saat membuka kegiatan tersebut, Kamis, mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung kegiatan yang berbasis informasi teknologi itu.
"Kami sangat mendukung kegiatan tersebut. Kompetisi itu mendorong generasi muda untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
Ia mengatakan bahwa pendidikan generasi muda dalam membentuk SDM yang potensial merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa.
Pelatihan dan kompetisi seperti itu, lanjut dia, merupakan suatu proses alih informasi dengan hasil akhir suatu proses terbentuknya seorang yang mampu berdiri sendiri, bekerja, dan tidak pernah berhenti untuk belajar, serta mengembangkan apa yang pernah diperolehnya.
Dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, menurut dia, sangat berpengaruh pada keamanan suatu negara yang memanfaatkan fasilitas teknologi dan informasi.
Oleh sebab itu, kata dia, permasalahan "cyber security" harus sangat dijaga. Pasalnya, suatu negara bisa lumpuh hanya dengan merusak "server security" atau menjebol keamanan negara tersebut.
Ia berharap ke depannya kegiatan seperti itu bila diadakan di Denpasar kembali bisa diadakan di tempat yang lebih umum agar masyarakat bisa mengetahui secara leluasa dan melihat lebih dekat.
Ketua ICA Pusat Agus Setiawan mengatakan bahwa peserta kompetisi ini meningkat dari tahun ke tahun sebab kompetisi ini makin memikat para peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi teknologi informasi yang tersebar di lima pulau, yakni Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Bali.
Ia menyebutkan total dari 150 peserta, 55 tim dan berasal dari 25 kampus yang berbeda. Kompetisi digelar dalam dua bagian besar, yakni CTF/hacking, kegiatan ini berguna untuk mengetahui kemampuan peserta dalam teknik keamanan untuk menjebol server lawan.
Kegiatan kedua, lanjut dia, adalah digital "forensic investigator", peserta diberi soal-soal yang harus dipecahkan untuk mencari jejak digital "forensic" yang telah didapat dan mencari petunjuk utama dalam memecahkan permasalah "cyber security".
Tujuan dari kompetisi itu adalah mencari bibit tim "cyber security" nasional yang tangguh di bidangnya, dan memiliki wadah menyalurkan keahliannya.
"Menurut saya, kegiatan ini sangat menarik dan unik karena diharapkan nantinya Indonesia menjadi `center of cyber security engineer`," kata Agus yang didampingi Ketua Stikom Bali Dr. Dadang Hermawan.
Sebelumnya, kegiatan ICA tahun 2014 di Kota Makassar, ICA 2013 di Kota Samarinda (Kalimantan Timur), dan ICA 2012 di Medan (Sumatera Utara). (WDY)