Denpasar (ANTARA) - Bali akan menjadi tuan rumah pelaksanaan konferensi komunikasi internasional yang dihadiri ratusan akademisi dan kalangan profesional dari sejumlah negara di dunia pada 15-18 Oktober 2019, bertempat di Nusa Dua, Kabupaten Badung.
"Bapak Gubernur menyambut baik pemilihan Bali sebagai tuan rumah kegiatan yang diselenggarakan International Communication Association (ICA) Indonesia ini. Kegiatan konferensi ini juga sejalan dengan upaya masyarakat, Pemerintah Indonesia dan khususnya Pemprov Bali dalam mengantisipasi kemajuan teknologi digital dan pengaruhnya menuju masyarakat dengan sumber daya manusia yang unggul," kata Asisten III Setda Provinsi Bali I Wayan Suarjana saat menerima audiensi panitia konferensi di Denpasar, Rabu.
Delegasi ICA Indonesia saat beraudiensi dengan jajaran Pemerintah Provinsi Bali ini dipimpin oleh Dr Dorien Kartikawangi dan Ketua Umum Asosiasi Pedidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom) Dr Muhammad Sulhan.
Menurut Suarjana, SDM yang unggul atau cerdas juga berkesesuaian dengan visi dan prioritas pembangunan "Nangun Sat Kerthi Loka Bali" yang ingin diwujudkan dalam masa pemerintahan Gubernur Bali Wayan Koster dan Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati untuk lima tahun ke depan.
"Kita sama-sama menyadari bahwa bangsa yang unggul adalah bangsa yang mampu menyesuaikan diri dan mengambil manfaat yang besar dari kemajuan teknologi digital. Oleh karena itu, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dan Bali sudah tentu siap menjadi tuan rumah," ujar pejabat yang juga mantan Sekretaris DPRD Provinsi Bali itu.
Dalam kesempatan tersebut, Suarjana berharap peserta konferensi komunikasi internasional itu turut mendorong peran kearifan lokal dalam aktivitas komunikasi dan mampu membangun saling pengertian yang memang menjadi esensi dasar berkomunikasi, baik dalam masyarakat lokal maupun global. "Kami harapkan vibrasi dari Bali untuk dunia," ucapnya didampingi Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali Anak Agung Ngurah Oka Sutha Diana itu.
Selain itu, Suarjana meminta panitia acara bisa menampilkan kearifan lokal dalam konferensi internasional itu dengan para pesertanya menggunakan busana adat Bali sejalan dengan Pergub Bali No 79 Tahun 2018 dan juga penggunaan aksara Bali sebagai implementasi Pergub No 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan, Penggunaan, Bahasa, Aksara dan Sastra Bali. Di samping membatasi penggunaan plastik sekali pakai dalam acara tersebut.
Sementara itu, Dorien Kartikawangi selaku panitia pengarah (SC) dalam konferensi komunikasi internasional itu mengatakan pemilihan Bali bukanlah sekadar sebagai kota internasional semata, tetapi Bali, dan juga Indonesia diharapkan mampu memberikan sumbangsih yang nyata bagi kemajuan masyarakat internasional melalui hasil riset di bidang komunikasi yang betul-betul bisa diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat luas.
"Keinginan bangsa Indonesia untuk menjadi masyarakat yang unggul, perlu memanfaatkan kemajuan AI (artificial intelligent) dan kebutuhan teknologi digital yang kian meluas di masyarakat sebagai alat yang membantu manusia, bukan sebaliknya," ucapnya.
Dalam ledakan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat, katanya, masyarakat dunia saat ini betul-betul dihadapkan pada suatu ketidakpastian yang tiba-tiba datang menerjang kehidupan masyarakat. Masyarakat modern saat ini sudah masuk dalam zona nyaman yang membuatnya menjadi "terkejut" ketika kemajuan teknologi tersebut mendisrupsi kenyamanan hidup masyarakat yang kemudian menjadi shock culture.
"Yang perlu disadari, setiap kemajuan teknologi tentunya menghasilkan budaya baru yang mengikutinya, namun kali ini kecepatan kemajuan tersebut belum dapat diimbangi secara merata oleh masyarakat dunia. Ada kelompok masyarakat yang siap dan ada yang tidak siap, sehingga kondisi ini menciptakan kekagetan budaya tadi," ujarnya yang juga Ketua Prodi Ilmu Komunikasi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya itu.
Baca juga: Pemprov Bali dorong perbankan perkuat inovasi digital
Konferensi yang akan diadakan di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) itu akan berlangsung selama empat hari dari tanggal 15 – 18 Oktober 2019 dengan mengusung tema Searching for The Next Level of Human Communication Human Social and Neuro (Sociaty 5.0).
Kegiatan tahunan ICA itu sedikitnya akan dihadiri 250 akademisi dan pakar berbagai perguruan tinggi ternama, seperti dari Amerika Serikat, Eropa, Asia, Australia dan Afrika. Mereka akan menyajikan berbagai kajian ilmiah dalam bentuk diskusi yang pada akhirnya akan dijadikan sebagai rujukan dalam mengantisipasi kompleksitas dari kemunculan Masyarakat 5.0 (Society 5.0).
Baca juga: Bank Indonesia Bali dorong ekonomi digital
Adapun tema-tema yang akan dibahas antara lain Communication industry 5.0 and Beyond, Social Cultural 5.0 and the Implication, serta The Digitization of Content Competencies and Ethics, Governance 5.0, Politics and Good Public Governance, dan Entrepreneurship 5.0.
Selain itu, dalam konferensi tersebut akan dihadirkan empat orang guru besar yang sudah mumpuni di bidang komunikasi, yakni Prof Terry Flew (Queensland University of Technology Australia), Prof Ang Peng Hwa (Nanyang Technological University Singapore), Prof Peter R Monge (University of Southern California USA), Prof Janet Fulk (University of Southern California USA) dan Prof Dr phil Martin Loffelholz (Technische Universtat Ilmenau Germany).
Baca juga: DPR: dunia persiapkan pajak ekonomi digital
15-18 Oktober, Bali jadi tuan rumah konferensi komunikasi internasional
Rabu, 21 Agustus 2019 16:05 WIB