Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menggelar pemutaran film Sinema "Perang dan Damai" selama dua hari, 27-28 Agustus 2015.
"Pemutaran sejumlah karya film itu memaknai peringatan HUT ke-70 Kemerdekaan RI mengusung tema Perang dan Damai," kata Penata acara Bentara Budaya Bali Putu Aryastawa di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, pemutaran film tersebut merujuk kepada karya seorang novelis tersohor asal Rusia, Leo Tolstoy yang bertajuk 'War and Peace' yang dikenal sebagai salah satu karya sastra terpenting di dunia dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Karya "masterpiece" sastrawan Rusia itu telah dialih-kreasikan oleh seniman-seniman dunia menjadi film, serial televisi, opera, teater, drama-radio, dan komposisi musik, termasuk menginspirasi lahirnya karya-karya baru yang unggul dari para kreator.
Sejumlah film yang diputar, antara lain Pejuang -Usmar Ismail (Indonesia), Tangerines- Zaza Urushadze (Estonia-Georgia), Female Agents- Jean-Paul Salom (Perancis), Die Brcke am Ibar dan Fnf Patronenhlsen (Jerman), termasuk karya sutradara King Vidor (Amerika/Itali) yang mengangkat novel War and Peace, menjadi sebuah film, diproduksi tahun 1956, meraih berbagai penghargaan internasional, hingga kini dikenang sebagai karya klasik.
"Selaras dengan tema tersebut, film yang akan ditayangkan mencoba hadir sebagai bandingan, sebuah antitesis film-film kini yang cenderung menghadirkan sosok pahlawan-super talenta- berikut peralatan canggih yang menyertainya," ujur Putu Aryastawa.
Ia menambahkan, sebaliknya dengan latar infuturistik, film-film tersebut menyimpan pesan kemanusiaan, simpati, dan toleransi. Film yang dihadirkan tidak semata-mata mengetengahkan kisah seputar perang dan rekonsiliasi menuju perdamaian, namun lebih jauh, mengisyaratkan pesan-pesan humanis yang universal.
Kegiatan yang terbuka untuk umum secara cuma-cuma itu dilaksanakan bekerja sama dengan Sinematek Indonesia, Konsulat Kehormatan Republik Estonia di Jakarta, Goethe Institut, dan Alliance Franaise Bali.
Pemutaran film tersebut juga disertai dengan diskusi sinema bersama seniman Alla Dulh asal St. Petersburg Rusia. (APP)