Gianyar (Antara Bali) - Persiapan "pelebon" atau ngaben Ida Dwagung Peliatan, raja Puri Agung Peliatan IX di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, kini mulai banyak dikujungi wiwatawan asing.
"Meskipun pelebon masih akan dilaksanakan 2 November 2010, tapi rata-rata setiap harinya hampir 35 wisatawan asing berkunjung ke Puri Agung Peliatan," kata Cokorda Ariasa, penanggung jawab upacara pelebon di Gianyar, Rabu.
Ia mengatakan, para wisatawan asing itu datang berkunjung untuk melihat prosesi pembuatan "bade" atau tempat mengusung jenazah. Sejak bade setinggi 9,5 meter itu dibuat satu setengah bulan lalu, banyak wisatawan yang berkunjung ke sini.
Selain melihat para "undagi" atau tukang bade bekerja, umumnya wisatawan tersebut memotret ketika warga sedang berkarya. Peristiwa pengabenan seorang raja ini memang sangat langka, sehingga dimanfaatkan oleh wisatawan untuk mengabadikan dalam gambar.
Ariasa mengaku, pada proses pembuatan bade tumpang 11 itu, pihaknya melibatkan ratusan seniman, namun tetap dikoordinir satu "undagi" berpengalaman.
"Kami kerahkan satu undagi khusus menangani bade, namanya Lemoh, sedangkan ratusan orang lainnya hanya bersifat membantu dalam kreasi," ucapnya.
Diharapkan sehari sebelum upacara pelebon, bade itu sudah rampung dikerjakan. Bahkan sehari menjelang puncak acara, bade itu sudah menyatu dengan tangga setinggi 25 meter yang terletak di ancak saji Puri Agung Peliatan.
Menurut rencana, bade itu akan diusung ratusan orang dari 35 banjar atau dusun dari Kecamatan Ubud dan Kecamatan Tegallalang.
Selain bade, kata Cokorda Ariasa, pihaknya juga membuat "naga banda" dan "lembu" sebagai sarana pelengkap upacara pelebon yang memiliki arti tersendiri.
"Untuk naga banda bersisik kulit emas itu dibuatkan khusus dari Puri Agung Ubud, sedangkan lembunya dibuat di Puri Agung Peliatan, Ubud," katanya.
Sementara penglingsir atau pewaris Puri Agung Peliatan Cokorda Putra Nindia mengatakan, naga banda itu rencananya akan "dipendak" atau dijemput pada 27 Oktober 2010 dari Puri Ubud menuju Puri Peliatan.
Pada saat upacara pelebon, naga banda dengan panjang kurang lebih tiga meter itu akan dipanah oleh Ida Pedanda Lingsir Griya Santhi Peliatan, Ubud.
Ia menjelaskan, naga banda adalah lambang upacara pelebon, dengan tujuan untuk membawa jiwa yang meninggal dalam perjalanan ke surga. Naga banda akan menjadi salah satu kendaraan untuk berangkat jenazah yang akan dikremasi. (*)