Denpasar (Antara Bali) - Kabupaten Bangli menjadi sentra pengembangan produksi cabai besar, karena daerah itu mampu menghasilkan 8.970 ton atau 44,07 persen dari total produksi cabai di Bali sebanyak 20.350 ton selama tahun 2014.
"Pengembangan cabai besar terdiri atas cabai merah besar, cabai merah keriting dan cabai hijau keriting banyak ditanam petani di kawasan Kintamani yang berhawa sejuk," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panasunan Siregar di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, Kabupaten Karangasem menyusul pada posisi kedua yang mampu menghasilkan 5.870 ton cabai besar atau memberikan kontribusi 28,84 persen terhadap produksi cabai di daerah ini.
Sedangkan enam kabupaten lainnya yang terdiri atas Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Buleleng dan Kota Denpasar total menghasilkan 5.510 ton cabai atau memberikan kontribusi 27,09 persen.
"Hanya Kabupaten Klungkung sama sekali tidak memproduksi cabai besar," ujar Panasunan Siregar.
Hasil Sensus Pertanian yang dilakukan BPS Bali menyebutkan, modal pengembangan usaha tanaman cabai merah untuk lahan seluas satu hektare dalam sekali musim tanam di Bali mencapai Rp48,29 juta.
Pengeluaran paling besar untuk upah pekerja Rp17,80 juta (36,86 persen). Biaya operasional tersebut juga untuk biaya pemupukan sebesar 21,28 persen, mulsa 10,28 persen, pestisida 8,65 persen dan sewa lahan 6,72 persen.
Sementara pengembangan tanaman cabai pada musim hujan biaya produksinya lebih mahal yakni mencapai Rp52,90 juta dibandingkan dengan musim kemarau Rp45.40 juta/hektare.
Perbedaan pengeluaran tersebut umumnya untuk upah pekerja yang ditanam pada musim kemarau dan musim hujan. Selain itu biaya pestisida pada musim kemarau lebih sedikit dibanding musim hujan, ujar Panasunan Siregar. (WDY)