Denpasar (Antara Bali) - Produksi jagung di Bali berdasarkan angka ramalan (Aram) tahun 2015 diperkirakan mencapai 38.082 ton pipilan kering, atau menurun 2.531 ton (6,23 persen) dibanding tahun sebelumnya.
"Produksi jagung di Bali tahun 2014 tercatat 40.613 ton atau berkurang 16.960 ton (29,46 persen) dibanding tahun 2013," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali , Panasunan Siregar di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, menurunnya produksi berdasarkan angka ramalan terjadi pada subround I (Januari-April) sebesar 3.748 ton (11,40 persen) dan subround II (Mei-Agustus) juga turun sebanyak 362 ton (13,80 persen).
Sedangkan pada subround III (September-Desember) diperkirakan mengalami kenaikan produksi sebesar 1.579 ton (30,92 persen), sehingga secara absolut terjadi penurunan produksi jagung yang relatif tinggi yakni 1.579 ton (30,92 persen).
Panasunan Siregar menambahkan, menurunnya produksi jagung tertinggi terjadi di Kabupaten Buleleng yang mencapai 1.960 ton.
Menurunnya produksi tersebut akibat berkurangnya luas panen mencapai 1.168 hektare (tujuh persen). Menurunnya luas panen selain di Kabupaten Buleleng juga terjadi di daerah-daerah pinggiran kota Denpasar secara persentase mencapai 36,84 persen.
Panasunan Siregar menjelaskan, menurunnya luas panen antara lain berkurangnya luas tanam akhir pada Desember 2014 yang mencapai 1.045 hektare (6,97 persen).
Selain itu luas tanam jagung karena dialihkan untuk tanaman hutan rakyat seperti jati seperti yang terjadi di Kabupaten Karangasem.
Demikian pula beralihnya ke tanaman hortikultura seperti kubis dan buncis yang banyak dilakukan petani di Kabupaten Bangli serta jagung yang dipanen muda khususnya di Kabupaten Tabanan dan Badung.
Petani memanen tanaman jagung pada buah muda untuk bahan jagung rebus dan jagung bakar yang banyak dikonsumsi di objek-objek wisata maupun pantai di Bali.
Petani jagung yang khusus melakukan panen muda kebanyakan di Kabupaten Klungkung, Badung, Tabanan dan Kota Denpasar.
Biaya produksi pengembangan tanaman jagung untuk lahan seluas satu hektare di Bali mencapai Rp4,07 juta dalam satu musim tanam, lebih murah dibandingkan tanaman kedelai yang mencapai Rp5,42 juta.
Biaya produksi pengembangan tanaman jagung itu paling besar untuk upah pekerja dan jasa pertanian yang mencapai 59,22 persen atau Rp2,41 juta.
Selain itu juga pengeluaran yang relatif besar untuk sewa lahan sebesar 15,98 persen (Rp650.340), , pengadaan pupuk 8,42 persen (Rp342.560 dan benih 7,13 persen (Rp 290.140). (WDY)
Produksi Jagung Di Bali Turun 6,23 Persen
Sabtu, 8 Agustus 2015 14:04 WIB