Medan (Antara Bali) - Pengamat ekonomi dari Universitas Sumatera Utara, Wahyu Pratomo , menilai pemerintah perlu mengevaluasi langkah PT Pertamina tentang penjualan pertalita, karena ternyata BUMN ini memberikan subsidi untuk pertalite.
"PT Pertamina mengaku bahwa harga pertalite yang ditetapkan di harga Rp8.400 per liter itu di bawah harga keekonomian yang sebesar Rp8.700 per liter. Itu artinya ada subsidi Rp300 perliter," katanya, di Medan, Sabtu.
Sebelumnya, pada saat peluncuran pertalite, di SPBU Abdul Muis, Jakarta Pusat, Jumat (24/7), Direktur Pemasaran PT Pertamina, Ahmad Bambang, menyatakan, Rp8.400 perliter adalah harga promosi agar masyarakat pemakai premium tertarik beralih ke pertalite.
"Mestinya jualnya di 87-89, 87-lah, Tetapi karena promosi, ya segitu dululah," katanya, saat itu. Yang dia maksud adalah Rp8.700-Rp8.900 seliter ketimbang Rp8.400 seliter pertalite dalam program promosi.
Harga pertalite, kata Bambang, juga akan naik-turun mengikuti harga indeks pasar minyak Bumi Singapura (MOPS/Mean of Platts Singapore) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Jadi, walau MOPS turun, belum tentu harga eceran pertalite pasti turun... tergantung kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Menurut Pratomo, dari Medan, subsidi itu tentu saja perlu dipertanyakan mengingat perusahaan BUMN itu termasuk pemerintah terus berupaya menekan subsidi BBM jenis premium yang dipakai masyarakat banyak.
"Kalau pertalite dinyatakan BBM berkualitas tinggi dan untuk warga mapan, kenapa harus disubsidi ?," katanya.
Pertalite (RON 90), yang dia katakan, kalaupun mau meluncurkan BBM berkualitas, PT Pertamina seharusnya sekaligus mengeluarkan RON 92, mengingat kendaraan bermotor di Indonesia sudah menerapkan standar itu.
Bahkan, bensin dengan RON 90 itu juga hanya diterapkan di Indonesia, karena Malaysia dan Thailand sudah menjual bensin di atas angka oktan itu.
Dia khawatir, peluncuran pertalite itu untuk menghapuskan premium secara perlahan-lahan.
Vice President Fuel Marketing PT Pertamina, Muhammad Iskandar, di Jakarta, sebelumnya, menegaskan, pertalite diluncurkan bukan untuk menggantikan premium, karena PT Pertamina juga masih tetap memproduksi premium.
Iskandar menjelaskan, peluncuran pertalite murni bisnis. (WDY)
Pemerintah Perlu Pertanyakan Subsidi Pertalite
Sabtu, 25 Juli 2015 22:21 WIB