Kuta (Antara Bali) - Konjen Tiongkok, Mr Hu Yingquan menerima 10 jurnalis Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), menjelang bertolak ke Tiongkok melakukan "study" banding ke negara tirai bambu, pada 25 hingga 1 Juni 2015.
"Kami merasa dibantu para jurnalis dalam melaksanakan tugas sebagai wakil Tiongkok di Bali Nusra," ujar Hu Yingquan yang didampingi wakilnya, Mr Liu Zhijie dalam pengarahannya di Hotel kawasan Sunset Road Kuta, Senin.
Dengan peran serta media dalam memberitakan kegiatan nanti, kata dia, diharapkan berjalan sukses dalam melaksanakan misi membangun hubungan lebih baik kedua negara tersebut.
Hu Yingquan meminta para jurnalis terus mendukung misi tersebut dalam membangun hubungan kebudayaan politik dan ekonomi.
"Kalau dibidang kebudayaan sudah memiliki keterikan cukup erat sejak Dinasti Han dan Laksamana Cheng Ho sehinga dengan kegiatan ini dapat terus menjalin hubungan secara berkelanjutan," ujarnya.
Ia mengatakan pemerintah Tiongkok mendeklarasikan satu kawasan satu jalur untuk membuka kembali jalur sutera tersebut. "Kebijakan ini sejalan dengan kebijakanPemerintahan Presiden Jokowi yang membangun poros maritim dunia," katanya.
Pihaknya menilai Indonesia perlu meningkatkan infrastrukturnya dan Pemerintahan Presiden, Xi Jin Ping di Tiongkok siap memberikan pengalaman dan membantu pendanaan untuk membangun infrastruktur tersebut.
"Ini perkembangan yang bagus yang nantinya dapat dikelola secara bersama akan memberikan keuntungan ekonomi bersama," ujarnya.
Ketua Delegasi Jurnalis Bali-Nusra, I Made Tinggal Karyawan mengemukakan inisiatif Konjen mengundang para jurnalis untuk. "Mengunjungi Tiongkok bermakna strategis dalam membangun hubungan baru yang lebih bersahabat antar kedua bangsa," ujarnya.
Ia menjelaskan, Indonesia khususnya Bali dengan Tiongkok sudah memiliki hubungan sejarah,kebudayaandan sosial yang sudah dibangun pada masa lalu.
Dalam konteks itu, kata Tinggal, peran jurnalis kedua negara sangat penting untuk menginformasikan jejak jejak perjalanan hubungan sosial keduabangsa pada masa lalu yang sangat mesra, sehingga kedua bangsa memiliki fondasi kuat membangun hubungan bagi masa depan bersama.
"Para jurnalis bisa membangun jembatan emas untuk menghantarkan hubungan baik kedua bangsa yang bermartabat," ujarnya.(SRW/ADT)