Denpasar (Antara Bali) - Pengusaha kerajinan perhiasan di Bali mengikuti perkembangan zaman akan keperluan batu permata yang mulai berkembang di pasaran dalam maupun luar negeri.
"Kami memerlukan mutiara, batu permata bahan baku perhiasan dari luar negeri untuk memenuhi permintaan pasar mancanegara. Oleh sebab itu, kami mengimpor permata untuk diekspor kembali," kata Made Parsua, seorang pengusaha di Gianyar, Senin.
Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat pengusaha daerah ini mendatangkan mutiara, batu permata, dan logam mulia dari mancanegara masing-masing seharga 342 ribu dolar AS pada bulan Januari 2015 dan 1,3 juta dolar AS pada Februari 2015.
Permata yang dibeli oleh pengusaha Bali umumnya didatangkan dari Thailand dan Tiongkok, bahkan dari Eropa, di samping dipenuhi dari permata produksi dalam negeri seperti asal Kalimantan dan Sumatera. Permata impor yang dipadukan dengan rancangan perhiasan yang diproduksi masyarakat Bali kemudian diekspor kembali dan ternyata laris di pasar ekspor.
Made mengatakan, perajin perhiasan perak Bali yang umumnya berada di Desa Celuk Sukawati, mampu memenuhi selera konsumen luar negeri, sehingga realisasi ekspor naik terus, baik devisa maupun volumenya.
Perdagangan luar negeri perhiasan yang diisi dengan mutiara, batu permata yang dibuat secara antik dan unik bernilai 7,9 juta dolar AS selama Januari-Februari 2015, atau jauh lebih besar jika dibandingkan impor barang serupa hanya 1,7 juta dolar AS. Sementara terkait batu akik yang sedang naik daun di dalam negeri, menurut Made, juga tidak lepas dari perhatian pengusaha perhiasan di Bali. Bahkan, kata dia, turis asing pun berminat membeli sebagai cenderamata. (WDY)