Jakarta (Antara Bali) - Penyebarluasan literasi keuangan yang akan
meningkatkan akses keuangan dalam kehidupan bermasyarakat menjadi jalan
untuk mengurangi kesenjangan ekonomi yang pada 2014 tercatat 0,41, kata
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad.
Pada
peluncuran Buku Literasi Keuangan untuk SMP di Jakarta, Senin, ia
mengatakan upaya untuk meningkatkan dan menyebarluaskan pemahaman
keuangan juga secara perlahan akan mengurangi tingkat ekslusivitas akses
keuangan, dan mendorong inklusivitas keuangan pada seluruh masyarakat
Indonesia.
"Akses produk dan jasa keuangan ini tidak boleh
eksklusif, namun harus inklusif. Jadi tidak ada satu pun keluarga, atau
anggota masyarakat yang tdak masuk radar jasa keuangan," ujarnya.
Pemerintah
telah menargetkan pengurangan tingkat kesenjangan ekonomi, yang diukur
dari indikator "gini ratio" menjadi 0,4 pada 2015. Target kesejahteraan
tersebut juga dituangkan dalam Undang-undang Anggaran dan Pendapatan
Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015.
Muliaman menyadari, upaya
untuk mendorong keuangan inklusif, yang pada 2013 baru mencapai 59,7
persen, akan terus menjadi fokus OJK, karena peran akses keuangan, yang
dapat berkontribusi untuk pembangunan dan stabilitas perekonomian.
Muliaman menuturkan, seluruh lapisan
masyarakat perlu memahami secara menyeluruh kelebihan, dan manfaat,
begitu juga dengan kekurangan dari setiap produk dan jasa keuangan. Di
kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan
mengatakan, peningkatan literasi keuangan dan akses keuangan, harus
dapat menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia.(WDY)
OJK: Literasi Keuangan Dapat Kurangi Kesenjangan Ekonomi
Senin, 23 Februari 2015 13:25 WIB