Gianyar (Antara Bali) - Kerangka manusia yang diperkirakan berusia ribuan tahun yang ditemukan utuh dalam peti jenazah yang terbuat dari batu atau sarkofagus di Subak Saba , Desa Keramas, Blahbatuh, Kabupaten Gianyar itu diidentifikasi berkelamin laki-laki.
"Setelah kami teliti sejak pagi, kerangka manusia yang di kubur terlentang dalam sarkofagus berjenis kelamin laki-laki," kata Ketua Tim Penelitian Sarkofagus di Desa Kermas, Dewa Kompyang Gede ketika ditemui saat penelitian di Subak Saba, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Senin.
Ia menambahkan, ciri-ciri kerangka tulang-belulang manusia yang masih utuh itu itu berjenis kelamin laki-laki, dilihat dari bentuk pinggul, tengkorak serta tempurung tengkorak.
"Dari ketiga tulang itu kami sudah bisa identifikasi jenis kelamin kerangka manusia itu," ujarnya.
Ia menjelaskan sampai saat ini, pihaknya sudah selesai melakukan penelitian dengan kerangka tulang belulang yang masih utuh. Sedangkan untuk serpihan tulang belulang lainnya yang baru dibuka pada sarkofagus lainnya masih dalam penelitian.
"Kalau tulang belulang yang kerangkanya utuh sudah selesai diteliti, sekarang tinggal menunggu evakuasi, sedangkan untuk serpihan tulang belulang yang ditemukan dalam sarkofagus yang satu lagi masih sedang teliti," katanya.
Ia mengatakan sampai saat ini pihaknya masih melakukan penelitian lebih dalam di lapangan, karena selain kedua sarkofagus itu, di sebelah utara dari lokasi pertemuan kembali ditemukan satu sarkofagus.
"Kami masih terus melakukan penelitian sampai tuntas, setelah itu baru kami akan evakuasi, " ujarnya.
Sementara itu, tim peneliti Badan Arkeologi Denpasar, Dra Ayu Kusumawati menjelaskan dua buah peti batu yang di bagian ujungnya dilengkapi aksesoris mirip kepala kura-kura, pertama kali ditemukan oleh penggali tanah di lokasi pembuatan batu bata.
Dari temuan itu, tim Balai Arkeologi Denpasar kemudian melakukan pendalaman ternyata kedua peti merupakan benda peninggalan purbakala yang disebut sarkofagus.
Dra Ayu Kusumawati mengatakan, salah satu dari dua barang temuan itu sudah berhasil dibuka bagian penutupnya oleh petugas, dan ternyata masih berisi kerangka manusia dalam susunan tulang-belulang yang lengkap.
"Sementara yang satunya lagi, masih dalam keadaan utuh, sehingga kami belum tahu isinya," ucapnya.
Ia menambahkan, selain kerangka manusia dalam peti jenazah manusia purba itu juga ditemukan sebuah kendi tua.
"Kendi dengan panjang 15 cm itu berada persis di samping tengkorak kerangka manusia yang terkujur dalam peti," kata Ayu menjelaskan.
Ia mengatakan, berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, dua sarkofagus yang ditemukan memiliki ukuran yang berbeda.
"Sarkofgus yang utuh merupakan peti mati tipe kecil dengan ukuran panjang 150 cm dan lebar 50 cm. Sedangkan sarkofagus yang sudah dibuka, memiliki ukuran panjang 100 cm dan lebar 12 cm," ujar dia.
Mengenai umur sarkofagus itu, Ayu Kusumawati memperkirakan sudah ada sejak 2.000 tahun yang lalu atau sejak zaman prasejarah.
"Pada zaman itu manusia telah mengenal masa perundagian serta alat logam. Hal ini dibuktikan dengan adanya tonjolan wajah manusia atau kedok yang mirip kura-kura pada bagian ujung sarkofagus yang kini ditemukan," ucapnya.
Selain telah mengenal logam, sambung Kusumawati, pada zaman itu juga sudah dikenal dengan istilah gotong royong dan rasa persatuan dan kesatuan.
"Tujuan dibuatkan kedok di bagian ujung peti kubur itu dimaksudkan untuk memberikan jalan bagi sang arwah menuju dunia lain," katanya.
Ia menjelaskan, biasanya pemakaman dengan sarkofagus itu diperuntukkan kepada orang yang berpengaruh pada zaman itu.
"Hanya kaum bangsawan dan orang yang berpengaruh yang menggunakan peti kubur semacam itu," jelasnya.
Saat ini, kata Kusumawati, pihaknya bersama petugas lain masih melakukan penilitian lebih lanjut soal penemuan dua sarkofagus itu.
"Kami masih harus di lokasi untuk melakukan penelitian lanjutan sebelum kedua sarkofagus itu dievakuasi ke Balai Pelestarian Benda Purbakala," katanya.(*)