Bagus Bharatanatya Tunjukkan Kepiawaian Dalam FDM

Denpasar (Antara Bali) - Bagus Bharatanatya, seniman dalang dari Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali menunjukkan kepiawaiannya dalam memainkan lakon wayang pada Festival Dalang Muda (FDM) tingkat nasional di Jakarta.

"Kami menyajikan dengan penuh semangat kisah peperangan dalam lakon wayang yang diberinya judul Tumpah Darah Karna," kata Bagus Bharatanatya (25), remaja lulusan S-2 Institut Seni Indonesia (ISI Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, pihaknya merupakan salah seorang peserta dalam kegiatan tingkat nasional itu yang berlangsung pada pertengahan Agustus lalu.

Panitia mensyaratkan dalang berusia 20-30 tahun itu, Natya terpilih menjadi duta Provinsi Bali bersanding dengan 17 orang dalang muda dari seluruh Indonesia.

Penampilannya mampu memukau penonton, berkat keahlian memainkan tokoh antara Arjuna dan Karna termasuk paling dahsyat dalam perang Bharatayuda.

Hal itu dilakukan dengan persiapan yang matang, menyangkut isi cerita yang sarat dengan muatan moral, keterampilan memainkan adegan peperangan yang seru.

Dalang muda itu dengan kedua tangannya memperagakan adegan sengit dengan enam wayang sekaligus yakni dua kereta, Arjuna dan Kresna, Karna dan Salya, sembari berkisah secara verbal.

Dalam waktu yang bersamaan juga memberikan aksentuasi hentakan-hentakan bergemuruh dengan cepala di jemari kaki.

Hampir setengah jam dari satu jam durasi pementasan yang ditetapkan panitia festival, terpakai untuk penggambarkan adegan perang, khususnya perang antara Arjuna melawan Karna, adu sakti hujan panah, dan unjuk jago tangkas perang dari atas kereta.

Bagus Bharatanatya, sebelumnya juga pernah menjuarai Dalang Remaja Tingkat Nasional yang berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta tahun 2006 dan juara Lomba Wayang Kulit Se-Bali di arena PKB tahun 2013.

Beragam gaya wayang dari berbagai daerah saling unjuk kebolehan secara bergilir di Gedung Utama Kementerian Pemuda dan Olahraga, Senayan, Jakarta.

"Tentu saya dengan gigih menyuguhkan style wayang khas Bali, di antaranya tetap dengan prinsip bayangan," tutur Natya. (WDY)