Gianyar (Antara Bali) - Empat dari lima hari pelaksanaan Lokakarya Nasional Keberlanjutan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM) dan PNPM Integrasi meninjau hasil pembangunan menyangkut berbagai aspek kehidupan di Kabupaten Gianyar.
Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Kementerian Dalam Negeri, Tarmiji A Karim membuka kegiatan tersebut di Sanur, Kota Denpasar, Selasa melibatkan 320 peserta dari seluruh Indonesia,
Lokakarya tersebut membahas keberlanjutan PNPM yang disatukan dengan pelaksanaan UU No 6 2014 tentang Desa, atau dengan kebijakan khusus, karena program itu masih sangat diharapkan masyarakat luas.
Berbagai kebijakan pemberdayaan diterapkan pemerintah pusat guna menurunkan angka kemiskinan nasional hingga menjadi 11 persen. Keberhasilan Bali khususnya Gianyar dalam melaksanakan berbagai program harus dibuktikan dengan menurunkan angka kemiskinan.
Untuk itu seluruh peserta langsung diajak meninjau hasil PNPM menyangkut berbagai aspek kehidupan di Kabupaten Gianyar yang selama ini dikenal sebagai daerah "gudang seni" di Bali.
Kebijakan dan keberhasilan Bali mengentaskan kemiskinan, khususnya di Kabupaten Gianyar itu akan dijadikan tauladan bagi daerah lain dalam mengembangkan berbagai program pemberdayaan masyarakat.
"Program-program pengentasan kemiskinan selama ini sangat ideal, namun seharusnya diterapkan secara bertahap, karena harus disesuaikan dengan keadaan sumber daya manusia suatu desa," ujar Tarmiji A Karim.
Peserta yang datang dari berbagai daerah di Indonesia itu di Kabupaten Gianyar disuguhkan pementasan geguntangan, kesenian tradisional hasil binaan Program Paras-Paros Kabupaten Gianyar.
Fasilitator Pemberdayaan Kabupaten Gianyar, Mangku Kadek Suardika menjelaskan, peserta selama empat hari akan melihat dari dekat sejumlah desa di Gianyar dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat, termasuk program Siaga Desa Swatantra.
Geguntangan Paras-Paros Kabupaten Gianyar yang digunakan untuk menyambut para peserta merupakan cara sosialisasi program ke masyarakat dengan menggunakan media tradisional.
Dalam penampilannya, penari Genguntangan Paras-paros Gianyar menggunakan tiga bahasa, dan diharapkan peserta mengerti apa yang disampaikan. Geguntangan ini dibentuk setahun lalu yang dibina seniman asal Batuan, I Made Gatra yang juga inisiator dari media tradisional di Gianyar.
Peserta lokakarya sangat antusias menyaksikan geguntangan tersebut, tarian dan leluconya dikemas menarik dengan iringan tabuh kendang suling yang lembut.
"Sekaa geguntangan tersebut biasa keliling desa menyosialisasikan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat," ujar Suardika. (WDY)