Denpasar (Antara Bali) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar melakukan evaluasi kualitas penelitian melalui seminar hasil penelitian, penciptaan dan pengabdian kepada masyarakat yang diikuti 36 dosen setempat.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) ISI Denpasar Dr. Drs. I Gusti Ngurah Ardana, M.Erg di Denpasar, Selasa, mengatakan ISI menekankan visi dan misi pada pentingnya penelitian sebagai titik vital kehidupan suatu universitas.
"Kegiatan penelitian merupakan tugas pokok dosen yang harus dilaksanakan dengan baik, selain melaksanakan tridharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat," katanya.
Ia mengharapkan hasil-hasil penelitian dapat menjadi karya yang monumental dan bermanfaat bagi masyarakat, karena itu hasilnya akan dilaporkan dan dimuat dalam Jurnal Segara Widya.
LP2M ISI Denpasar dapat menyosialisasikan hasil-hasil penelitian para dosen tahun 2014 yang dikemas dalam bentuk seminar hasil penelitian yang melibatkan 36 dosen.
"Kegiatan itu sebagai bagian dari evaluasi internal untuk melihat kualitas peneliti dalam melaksanakan salah satu kewajiban sebagai dosen, sekaligus sebagai sumber pembelajaran dan sumber pengabdian kepada masyarakat," katanya.
Berbagai hasil penelitian itu diharapkan mampu mendorong kreativitas dan semangat mengabdi untuk mewujudkan ISI baru yang berkualitas dan berdaya saing.
ISI Denpasar lahir pertama kali dengan nama Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar pada tahun 1967 atau 47 tahun yang silam, kemudian mendapat peningkatan status menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar tahun 1988, dan akhirnya menjadi ISI sejak tahun 2003.
Pendirian ASTI dimotori oleh Pemerintah Daerah melalui LISTIBIYA Provinsi Bali bertujuan untuk menjaga alih bakat seni dari generasi tua kepada generasi penerusnya.
ASTI Denpasar menjalankan konsep pendidikan vokasi yang lebih mengedepankan pembelajaran praktik (penyajian dan penciptaan). Ketika berubah menjadi STSI, konsep pembelajaran masih didominasi oleh praktik dengan melahirkan seniman setingkat sarjana (SST, SSKar, SSP).
Selanjutnya, ISI secara bertahap mengembangkan ranah akademik dengan menyeimbangkan kegiatan praktik dan teoritis. Konsepsi pembelajaran seperti itulah akhirnya menjadi ciri khas ISI Denpasar.
Hal itu bertujuan untuk mencetak sarjana yang mampu berceritera dan berteori tentang seni sekaligus mampu mencipta, menyajikan seni dengan baik. (WDY)