Aljir (Antara Bali)
- Masalah perdamaian internasional dan pembangunan, penggunaan damai
tenaga nuklir dan reformasi PBB menonjol dalam pembahasan pertemuan
ke-17 menteri Gerakan Non-Blok (GNB) di Aljir, ibukota Aljazair, Kamis.
Peserta konferensi itu, termasuk 60 menteri luar negeri dan
perwakilan dari beberapa organisasi internasional, menekankan keperluan
bergabung dalam menangani masalah utama, yang menjadi perhatian,
terutama pembangunan dan keamanan.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon memuji, dalam pidato melalui
saluran video, peran GNB dalam menyelesaikan konflik di negara-negara
berkembang dan mengurangi kemiskinan di negara-negara paling tidak
berkembang.
Dia mengatakan sejak awal, gerakan ini telah membela prinsip-prinsip
universal menghormati hak asasi manusia, keadilan dan kesetaraan di
antara semua negara di dunia.
Ban menyatakan harapan bahwa gerakan terus akan terus mengatasi tantangan global.
Dua hari pertemuan dibuka hari sebelumnya di bawah slogan "untuk
memperkuat solidaritas, semangat perdamaian dan kesejahteraan."
Kuwait diwakili oleh Deputi Pertama Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Sheikh Sabah Khaled Al-Hamad Al-Sabah.
Sebelumnya, Kantor Berita Iran IRNA mencatat 50 negara telah
menyuarakan pentingnya melakukan pembahasan dengan Menteri Luar Negeri
Iran Mohammad Javad Zarif di sela-sela konferensi tingkat menteri luar
negeri ke-17 di ibu kota Aljazair itu.
Saat berbicara khusus dengan IRNA, Duta Besar Iran untuk Aljier,
Mahmoud Mohammadi, mengatakan Teheran sedang melakukan persiapan awal
untuk mengatur pertemuan itu.
Mohammadi mencatat bahwa Iran, sebagai ketua bergilir GNB, akan berperan aktif selama konferensi empat hari itu.
Duta besar lebih jauh menunjuk jadwal Zarif selama konferensi dan
mengatakan ia akan berpartisipasi dalam rapat gabungan antara GNB dan
Kelompok 77, berdasarkan undangan yang ia terima dari rekan Aljazair.
Pertemuan kelompok yang mencakup banyak negara berkembang itu akan
fokus pada isu-isu seperti perdamaian, pembangunan berkelanjutan dan
pengentasan kemiskinan dengan tujuan memperkuat pertemuan GNB.
Hubungan Tehran-Aljir, ia menyebut Aljazair sebagai negara penting
di dunia Islam yang berbagi banyak pandangan sama dengan Iran dalam
topik kebijakan luar negeri, dan mengatakan Aljazair selalu sensitif
terhadap hak-hak bangsa.
Mohammadi lebih lanjut mencatat, bahwa Aljazair adalah pendukung
bangsa tertindas Palestina, dan mencatat bahwa negara itu tidak punya
hubungan dengan rezim Zionis.
Sekitar 119 negara menghadiri konferensi ingkat menteri atau wakil menteri, kata diplomat itu menambahkan.
GNB, yang terdiri dari 120 negara dan 20 negara pengamat, berfokus
terutama pada isu-isu yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi dan
sosial, demokrasi, pelucutan senjata dan perdamaian.
Pemimpin GNB, dalam KTT ke-16 yang diselenggarakan di Teheran 26-31
Agustus 2012 menyatakan keprihatinan tentang pemerintahan despotik
masyarakat internasional oleh para anggota berhak veto Dewan Keamanan
PBB.
GNB, didirikan bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi
Asia-Afrika yang diselenggarakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955.
Di sana, negara-negara yang tidak berpihak pada blok tertentu
mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi
ideologi Barat-Timur.
Pendiri gerakan ini adalah lima pemimpin dunia: Josip Broz Tito
(presiden Yugoslavia), Soekarno (presiden Indonesia), Gamal Abdul Nasser
(presiden Mesir), Pandit Jawaharlal Nehru (perdana menteri India), dan
Kwame Nkrumah (presiden Ghana), demikian OANA. (WDY)
Konferensi GNB Prioritaskan Perdamaian dan Pembangunan
Jumat, 30 Mei 2014 6:31 WIB