Denpasar (Antara Bali) - Pengusaha pakaian jadi (Garmen) di Bali bertahan memelihara pangsa pasar mancanegara berkat kemampuan menciptakan rancangan busana yang unik dan menarik bagi konsumen, terutama ke pasaran Amerika Serikat.
"Garmen Bali yang menembus pasar luar negeri berupa pakaian jadi (busana) yang sangat diminati konsumen karena rancangannya desain secara unik dan menarik," kata seorang pengusaha pakaian Ni Made Wardani di Denpasar Minggu.
Produk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) buatan masyarakat Bali yang menembus pasaran ekspor masih mendominan jika dibandingkan matadagangan nonmigas lainnya, namun tidak secerah tahun-tahun 1980-an atau sebelum peristiwa Bom Bali.
Ia mengatakan, pengusaha garmen di daerah ini selain masih gencar merambah pasar luar negeri dengan menerima pesanan dari rekan bisnisnya dari luar negeri dalam jumlah sangat terbatas, mulai melirik pasar dalam negeri (lokal).
"Kami mulai melirik pasar dalam negeri dan bersyukur bisa bertahan hidup dengan jumlah pesanan sangat terbatas akibat dari dampak resesi ekonomi yang menimpa konsumen di Amerika Serikat dan Eropa yang masih dirasakan hingga kini," ujar dia.
Ia mengaku bersyukur karena bisa bertahan saja dalam menjalankan roda usaha, mengingat kondisi pasar pakaian jadi buatan Bali merosot ke pasaran ekspor sejak dihapuskannya sistem kuota, sekitar tahun 2000-an.
Kondisi kurang menguntungkan itu ditambah adanya krisis ekonomi yang dirasakan negara konsumen di negeri Adidaya itu. Mempertahankan prestasi usaha jauh lebih berat dibandingkan dengan mengejar keuntungan seperti tahun 1980an, katanya lagi.
Ia menerima warisan usaha dari orang tuanya itu, kini menerima saingan ketat dari negara produsen di Asia seperti asal Tiongkok, India, Vietnam. Pengusaha negara tetangga itu bisa menjual pakaian dengan harga yang jauh lebih murah.
Pengusaha garmen Bali selain mendapat persaingan di pasar luar negeri juga di dalam negeri, dimana pengusaha luar negeri yang dulunya sebagai pelanggan, kini ikut sebagai pengusaha di Bali dengan memberikan pekerjaan kepada perajin di daerah ini.
Potensi pasar dalam negeri cukup besar, kata dia sambil menggambarkan bahwa anak-anak sekolah dari tingkat SD hingga mahasiswa memerlukan pakaian seragam dalam jumlah banyak, termasuk pakaian wisudawan.
Perusahaan yang dipimpin ini sering menerima pesanan pakaian wisudawan, termasuk jenis toga dari sejumlah perguruan tinggi negeri maupun swasta ada di Bali, dan kondisi itu cukup lumayan guna mengimbangi seretnya perdagangan ekspor.
Sementara itu Dinas Perindustrian Provinsi Bali mencatat bahwa perolehan devisa dari perdagangan pakaian jadi di daerah ini selama Januari-Maret 2014 mencapai 35,4 juta dolar AS, atau sekitar 26,6 persen dari jumlah perolehan devisa nonmigas Bali 132,9 juta dolar. (WRA)
Rancangan Busana Bali Unik Dan Menarik
Minggu, 25 Mei 2014 17:16 WIB