Berdasarkan laporan www.JapanToday.com upaya ini awalnya diawali oleh hilangnya pesawat Air France 447 di perairan Atlantic dengan rute Rio de Janeiro--Paris pada 1 Juni 2009.
Sejak itu Amerika Serikat, negara-negara Eropa, industri beserta organisasi teknikal telah mendiskusikan mengenai kemungkinan implementasi lampu suar bawah laut pada kotak hitam pesawat yang dapat memancar dalam kurun waktu 30 hari, menambahkan transmiter bawah laut di lambung pesawat serta transmiter darurat yang dapat mengapung ketika pesawat tenggelam.
Saat ini data perekam (pada kotak hitam pesawat) pada umumnya menyimpan ratusan tipe informasi tentang bagaimana pesawat bekerja selama penerbangan. Investigator akan mengumpulkan informasi itu untuk mengetahui penyebab kecelakaan, termasuk bagaimana mesin bekerja, aksi pilot, serta fungsi berbagai sistem pesawat.
Saat ini telah dibicarakan mengenai kemungkinan kotak yang dapat terapung, atau menambahkan alat pendeteksi bawah laut di badan pesawat untuk bisa mendeteksi bangkai pesawat dan kotak hitam.
Ide lain yang tengah didiskusikan adalah penambahan penanda transmiter yang secara otomatis mampu terdeteksi dan mengapung kepermukaan jika pesawat tercebur ke air. Pesawat tentara angkatan laut Amerika Serikat sudah mengimplementasikan transmiter ini selama 15 tahun terakhir.
Namun transmiter ini membutuhkan biaya lebih. Ada gagasan lain, yakni memperkuat transmiter standar yang telah ada saat ini.
Beberapa pesawat keluaran baru telah memiliki kotak hitam yang dapat mengirimkan rekaman streaming via satelit. Pesawat terbang memiliki ini untuk mengetahui masalah yang terjadi selama penerbangan berlangsung, sehingga mekanik bisa siap di landasan ketika pesawat mendarat.
Tetapi jika seluruh pesawat memancarkan data pada saat bersamaan, maka tidak ada cukup bandwith untuk menggirimkan data atau tidak ada kapasitas yang cukup untuk merekamnya di darat. (WDY)
Penerjemah: Rangga Pandu Asmara Jingga