Denpasar (Antara Bali ) - Pemerintah Provinsi Bali bekerja sama dengan Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) akan menggelar ritual "Pamelehpeh Jagat" pada 1 Maret 2014, menyikapi serentetan bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini di Pulau Dewata.
"Upacara itu bertujuan memohon keselamatan umat dan alam yang dipusatkan di Pura Kentel Gumi, Kabupaten Klungkung bertepatan dengan hari Tilem Sasih Kawulu. Di samping itu, Pemprov Bali juga akan menggelar upacara di areal Kantor Gubernur yang ditujukan supaya program Bali Mandara Jilid II manfaatnya dapat dirasakan masyarakat luas," kata Kepala Biro Humas Pemprov Bali Ketut Teneng, di Denpasar, Senin.
Ia mengemukakan, upacara atau ritual "Pamelehpeh Jagat" merupakan tindak lanjut dari masukan dan petunjuk yang diberikan para sulinggih (pendeta Hindu) kepada Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Petunjuk tersebut selanjutnya disikapi dengan pertemuan yang menghadirkan berbagai lembaga keumatan seperti Parisada Hindu Dharma Indonesia, MUDP, para sulinggih dan sejumlah "pemangku" atau pemimpin ritual di Pura Besakih. Dalam pertemuan yang digelar di Jayasabha pada Minggu (23/1) tersebut akhirnya disepakati untuk menggelar upacara tersebut.
Dalam pertemuan itu terungkap bahwa belakangan muncul tanda-tanda alam seperti bencana dan kejadian di luar akal sehat manusia. Serentetan kejadian tersebut antara lain terbunuhnya seorang ayah oleh putranya saat ritual "ngerehang rangda", seorang sulinggih yang juga meregang nyawa di tangan putranya hingga kejadian beruntun suami membunuh istri hanya karena masalah sepele.
"Kejadian di jalan raya pun tak kalah mengerikan. Belakangan kerap terjadi kecelakaan yang memakan banyak korban jiwa. Selain kejadian antarmanusia, bencana alam pun terjadi silih berganti," kata Teneng.
Mengacu pada salah satu sastra Agama Hindu yakni Lontar Roga Sengara Bumi, kejadian di luar akal sehat tersebut perlu disikapi dengan menggelar upacara Pamelehpeh Jagat yang bertujuan untuk mohon keselamatan dan kerahayuan jagat.
Upacara akan dipusatkan di Pura Kentel Gumi dan dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Putra Tembau dari Griya Aan Klungkung serta Ida Pedanda Gunung Sari dari Griya Ubud.
Terkait dengan pelaksanaan upacara tersebut, Ida Pedanda Gede Putra Tembau mengeluarkan imbauan agar umat Hindu di seluruh Bali ikut melaksanakan persembahyangan di tiap Pura Puseh, Bale Agung, dan Pura Dalem lanjut di "merajan" atau tempat persembahyangan di masing-masing rumah.
Di Pura Puseh lan Bale Agung serta Pura Dalem dihaturkan banten (sesajen) pejati, canang sari, punjungan, prascita, biukaonan dan durmanggala. Sementara di "meraja" masing-masing, umat juga menghaturkan pejati, canang sari dan punjungan putih kuning.
"Kami mengimbau seluruh umat melaksanakan persembahyangan tersebut agar terhindar dari musibah. Selain upaya niskala (dengan ritual) upaya sekala atau nyata untuk mencegah kejadian seperti bencana alam dan pertikaian antar manusia juga jangan diabaikan," ujarnya.
Guna mencegah jatuhnya korban sia-sia di jalan raya, Teneng mengingatkan agar pengguna jalan raya mematuhi aturan berlalu lintas. Sementara untuk meminimalisasi dampak bencana alam, masyarakat diimbau menjaga kelestarian lingkungan.
"Komunikasi antaranggota keluarga juga harus dibangun untuk menghindari pertikaian yang merenggut korban jiwa," ujar Teneng. (LHS)