Denpasar (Antara Bali) - Pengamat politik dari Universitas Mahendradata Yohanes Gede Sutmasa MSi menilai konvensi calon presiden sebagai bentuk kegagalan partai politik dalam membina kader terbaiknya.
"Bagi saya itu sebuah indikator kegagalan parpol dalam menjalankan salah satu tugasnya untuk melakukan kaderisasi. Memang tidak ada larangan untuk itu, namun alangkah bijaknya jika mereka memberikan kesempatan kader yang sudah menunjukkan loyalitas kepada partai," kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unmar itu di Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, biasanya kader yang tidak melalui proses hanya digunakan sebagai penyokong selain juga memiliki hubungan dekat dengan petinggi di parpol. "Partai politik butuh uang dan ada kesempatan untuk mendapatkan itu secara instan dari seseorang dengan merekrutnya dan memberikan jabatan," ujarnya.
Mengenai konvensi partai di tingkat lokal, Sutmasa mengatakan bisa saja terjadi jika memang parpol tidak memiliki figur di internalnya yang mumpuni. "Mungkin saja terjadi dalam pemilihan kepala daerah. Namun dari sinilah seharusnya parpol mulai memantau mana-mana saja kadernya yang memiliki kualitas, loyal dan siap untuk terjun sebagai calon pemimpin bukan mengambil dari pihak luar," katanya.
Ia melihat bahwa nilai-nilai yang yang tumbuh di masyarakat sekarang lebih mengacu pada kemapanan finansial, yakni siapa yang memiliki uang maka dapat melakukan apa saja, termasuk dengan cepat menjadi calon dari parpol dan terpilih menjadi pejabat publik. (LHS)
Konvensi Capres Bentuk Kegagalan Parpol
Sabtu, 28 September 2013 15:46 WIB