Mangupura (ANTARA) - Seniman sanggar Seni Pranawa Swaram, Desa Dalung, Kabupaten Badung, Bali menampilkan empat tabuh dan dua Tari Legong pada Rekasedana Kesenian Tradisional rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 tahun 2025.
“Pada penampilan ini kami mengangkat tabuh-tabuh karya Maestro Lotring dan Tari Legong. Itu yang kami tonjolkan sebagai kesenian tradisi di Badung,” ujar Koordinator Sanggar Seni Pranawa Swaram I Gede Eka Adi Saputra di Mangupura, Senin.
Ia mengatakan penampilan itu dibuka dengan tabuh Gending Kawitan yang merupakan karya Maestro I Wayan Lotring. Gending Kawitan digarap sedemikian rupa, dengan keunikan tersendiri.
Garapan gending Kawitan ini diawali dengan instrumen kemong, yang secara umum berfungsi memberikan tekanan atau aksen pada kalimat-kalimat gending gamelan semar pagulingan saih lima maupun saih pitu.
“Namun, dalam gending Kawitan, kemong ialah instrumen penting untuk memberikan aksen awalan atau pengawit,” kata dia.
Adi Saputra menjelaskan pada garapan itu terdapat perpaduan konsep kebyar yang bernuansa keras dan tegas. Garapan itu juga memberikan gambaran indahnya suasana gelombang ombak pantai kuta, yang ditransformasikan lewat unsur-unsur musikal karawitan Bali.
“Seperti pengolahan jalinan melodi, permainan tempo, ritme serta menyatukan unsur harmoni yang sangat penting untuk membentuk karakter dan suasana pada garapan Gending Kawitan,” jelas dia.
Seniman sanggar itu juga menampilkan Tari Legong Pelayon. Tarian ini mengisahkan seorang puteri raja yang bernama Ni Diah Rangkesari, sedang bermain dan bercengkrama dengan teman-teman sepermainannya.
Tarian itu memiliki koreografi yang sangat indah dengan rangkaian gerak-gerak ritmis yang indah dan dinamis serta menonjolkan keragaman gerak serta keindahan gerak yang menyatu dengan iringan musik.
“Legong Pelayon mempunyai ciri khas agem dan gerakan lemah gemulai mengikuti alunan melodi gamelan palegongan yang melankolis, syahdu, dan sendu,” pungkas Adi Saputra.
