Mangupura (ANTARA) - Sanggar seni Candrawangsa dari Banjar Dalem, Desa Angantaka, Kabupaten Badung, Bali menampilkan pertunjukan gamelan inovatif pada rangkaian Pesta Kesenian Bali.
”Kami menampilkan empat garapan yang terdiri dari tiga tabuh dan persembahan terakhirnya adalah tari," kata Koordinator Sanggar seni Candrawangsa, I Gede Ananta Diparesta di Mangupura, Minggu.
Ia menjelaskan tiga garapan gamelan inovatif itu lahir dari konsep Tapa Prakerti yang merupakan sebuah konsep yang lahir dari prosesi perayaan hari raya nyepi yang berujung pada saat pelaksanaan Catur Bratha Penyepian.
Judul itu mengandung makna pengendalian diri (tapa) dan kembali ke sifat alami atau murni (prakerti). Tapa yang berarti meditasi dan prakerti yang berarti alam semesta.
”Dari konsep besar tersebut lahirlah tiga garapan musik inovatif yang terbangun atas bagian bagian dari Tri Hita Karana, yaitu Swara Pawitri, Suda Prawerti dan Tepa Slira," jelas dia.
Pada penampilan itu garapan pertama yang ditampilkan adalah Swara Pawitri yang terinspirasi dari prosesi pemelastian sebelum hari raya Nyepi yang terbangun atas konsep musikal yang dipadukan dengan suasana yang terjadi pada prosesi tersebut.
Penampilan kedua berjudul Suda Prawerti. Tabuh inovatif itu terinspirasi dari proses tawur kesanga pelaksaan hari Raya Nyepi, melalui dinamika, laras, dan rasa.
Karya Suda Prawerti adalah karya karawitan yang menyuarakan penyucian lingkungan (palemahan) sebagai bagian dari perjalanan spiritual manusia.
Selanjutnya, persembahan gamelan inovatif ketiga yakni Tepa Slira yang terinspirasi menjadi karya seni karawitan inovatif yang tercipta dari situasi kondisi yang terjadi pada malam pengerupukan.
“Ini merupakan suatu uforia yang menjadi tanda sebuah tenggang rasa yang diabaikan atau diingat," pungkas Gede Ananta Diparesta.