Singaraja, Bali (ANTARA) - Sebanyak 114 mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Bali mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) berdampak berfokus pada bidang kesehatan dan penanganan stunting.
"Kami memberikan pembekalan secara langsung kepada para mahasiswa yang akan diterjunkan dan (mahasiswa) diminta untuk dapat merancang dan melaksanakan program yang berdampak bagi masyarakat dan desa," kata Ketua Pusat KKN Undiksha Dr. Ni Wayan Marti di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, Selasa.
Ia menjelaskan KKN kali ini didominasi dari Fakultas Kedokteran yaitu program studi (Prodi) Kedokteran, Prodi Keperawatan dan Prodi S1 Kebidanan.
Terdapat 12 desa yang menjadi sasaran, dengan sebaran di Kabupaten Buleleng, yaitu Desa Panji, Desa Tukad Sumaga, Desa Pejarakan, Desa Sumber Kelampok. Selanjutnya, sasaran Kabupaten Klungkung,yaitu Desa Bakas, Desa Nyalian, Desa Aan, dan Desa Manduang. Selain itu ada di Kabupaten Bangli di Desa Kayubihi, Desa Bunutin Kintamani, Desa Abang Songan, dan Desa Sulahan.
Baca juga: Akademisi Undiksha majukan instrumen deteksi dini disleksia
Adapun program utama yang diusung pada program KKN kali ini adalah kesehatan masyarakat. Salah satu isu yang penting mendapat perhatian mahasiswa adalah pencegahan stunting yang masih menjadi program prioritas pemerintah.
"Di luar ini, mahasiswa juga tetap diberikan ruang untuk melaksanakan program dalam upaya pengembangan potensi desa. Bahkan, di beberapa desa, berkolaborasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melaksanakan KKN Literasi Inklusi Keuangan untuk meningkatkan pemahaman dan akses masyarakat terhadap layanan keuangan," papar dia.
Sementara itu, Wakil Rektor Undiksha Bidang Akademik dan Kerjasama, Prof. Dr. Gede Rasben Dantem dalam arahannya menegaskan program KKN bukan sekadar bentuk implementasi kurikulum maupun tridharma perguruan tinggi, tetapi juga sarana bagi mahasiswa untuk mengasah empati, kreativitas, dan kepemimpinan dalam menyelesaikan persoalan nyata di masyarakat.
Baca juga: Undiksha Singaraja lantik 43 dokter baru
Dalam hal nyata, ditunjukkan dengan terbangunnnya kemampuan mahasiswa dalam mengindentifikasi masalah dan potensi desa, bergerak dalam pemberdayaan masyarakat, maupun transfer ilmu dan teknologi tepat guna sebagai solusi atas masalah yang membelit desa maupun masyarakat.
Lebih lanjut dia menekankan kehadiran mahasiswa di desa selama 36 hari mulai dari 16 Juli-20 Agustus 2025 didorong mampu membawa program unggulan yang berdampak untuk masyarakat.
"Mahasiswa harus hadir dengan program yang betul-betul memberikan manfaat bagi masyarakat dan desa, berkesinambungan, dan mampu menginspirasi gerakan bersama. Sekarang ada Diktisaintek Berdampak. Kita turunkan menjadi Undiksha Berdampak,” katanya.