Denpasar (Antara Bali) - Cuaca buruk selama beberapa hari terakhir menghentikan pelayaran wisata dari Pelabuhan Padangbai, Kabupaten Karangasem, menuju Gili Trawangan, Lombok, yang dikelola Gili Fast Boat.
"Selama Februari 2013 saja kapal kami tidak beroperasi selama empat hari, sedangkan awal Januari lalu tujuh hari," kata Ferry V Roos selaku Managing Director Gili Fast Boat di Serangan, Denpasar, Jumat.
Ia mengaku belum menghitung total kerugian berhentinya kapal cepat Gili Fast Boat itu pada 24-28 Februari 2013 akibat badai Rusty yang melintas di selatan perairan laut Bali-Lombok itu.
"Kalau kerugian yang diakibatkan oleh biaya operasional tidak terlalu tinggi, Rp2 juta sampai Rp3 juta per hari. Namun pembatalan dan penjadwalan kembali wisatawan, baik dari Padangbai maupun Gili Trawangan itu yang nilainya cukup besar. Apalagi jika ada wisatawan yang ingin cepat-cepat kembali ke Bali menggunakan pesawat," katanya didampingi Theresia Dam selaku Sales Marketing Gili Fast Boat.
Menurut Ferry, cuaca tahun ini tidak seburuk tahun lalu. Pada 2012, pihaknya berhenti beroperasi hanya dua hari, itu pun tidak berurutan.
Ia juga menyayangkan terlambatnya informasi dari pihak Syahbandar Pelabuhan Padangbai, Kabupaten Karangasem. "Sering kali kami dapat info cuaca buruk ketika kapal sudah meninggalkan pelabuhan. Beruntung kapten kapal kami cekatan, jadi sering kali memutuskan kembali ke pelabuhan begitu cuaca tidak bersahabat," katanya.
Dalam sehari Gili Fast Boat mengoperasikan satu unit kapal cepat berkapasitas 30 tempat duduk dari Padangbai menuju Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno, Lombok, dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.
Kapal cepat itu kemudian kembali ke Bali dengan mengangkut wisatawan yang sebelumnya telah menginap di pulau-pulau kecil di Lombok itu.
Untuk satu kali perjalanan dari Padangbai ke Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno, pihak Gili Fast Boat mematok tarif antara Rp650 ribu hingga Rp900 ribu per orang, tergantung tingginya permintaan.
Mulai 1 April 2013, Gili Fast Boat memberangkatkan satu unit kapal cepat lagi dari Serangan, Denpasar, menuju ketiga pulau tujuan wisata utama di Lombok itu berkapasitas 40 tempat duduk dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam.
"Kami buka rute baru ini karena tingginya permintaan, terutama wisatawan yang ingin berlama-lama di laut. Apalagi banyak `travel agent` (agen perjalanan wisata) yang berkantor pusat di Denpasar," katanya.
Selama ini jalur pelayaran wisata Bali-Gili Trawangan lebih banyak diminati wisatawan asing asal Prancis dan Belanda. "Biasanya mereka jenuh dengan suasana di Bali dan menginginkan ketenangan di pulau yang sepi," kata Ferry.
Biasanya pula para wisatawan mancanegara itu tinggal di tiga pulau kecil itu selama dua atau tiga hari sebelum kembali lagi ke Bali dengan kapal yang sama.
Tarif hotel dan tempat penginapan di Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno bervariasi, mulai dari Rp250 ribu hingga Rp3 juta per malam.
Gili Fast Boat beroperasi di jalur pelayaran wisata itu sejak 2009. Setiap bulan perusahaan pelayaran wisata itu rata-rata mampu mengangkut 900 orang wisatawan. "Dari tahun ke tahun minat wisman dari Bali menuju Gili Trawangan terus mengalami peningkatan," kata Ferry.
Selain menawarkan suasana yang tenang karena tidak ada kendaraan bermotor, pulau-pulau kecil di Lombok itu juga bisa dijadikan ajang petualangan seperti menyelam karena air lautnya yang jernih lengkap dengan taman laut yang indah. (M038/T007)
Pelayaran Tujuan Gili Trawangan Terhenti
Jumat, 1 Maret 2013 19:02 WIB