Jakarta (ANTARA) - Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tertahan menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Amerika Serikat (AS) pada Desember 2023.
"Saat ini pelaku pasar sedang menantikan keputusan The Fed dalam FOMC meeting Desember 2023," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Pelaku pasar memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 5,25 persen sampai dengan 5,50 persen, dengan mempertimbangkan inflasi AS yang menurun secara bertahap.
Inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE) AS pekan lalu dirilis menurun menjadi 3 persen secara year on year (yoy) pada Oktober 2023, lebih rendah dari 3,4 persen (yoy) pada September 2023 sejalan dengan inflasi inti PCE AS yang juga menurun menjadi 3,5 persen (yoy) pada Oktober 2023 dari 3,7 persen (yoy) pada September 2023.
Pada akhir pekan lalu, pergerakan Indeks Dolar AS atau US Dollar Index (DXY) relatif stabil di kisaran 103 sampai dengan 103,5 dengan penguatan mayoritas mata uang utama (major currencies) terhadap dolar AS.
Selain itu, pada perdagangan pekan ini, pelaku pasar juga akan mencermati rilis data dari sektor tenaga kerja AS. Tingkat pengangguran AS diperkirakan tetap sebesar 3,9 persen pada November 2023 sebagai level tertingginya sejak Januari 2022.
Data nonfarm payrolls AS diprediksi bertambah sebanyak 180 ribu pada November 2023, lebih tinggi dari 150 ribu pada Oktober 2023.
Reny memproyeksikan selama pekan ini rupiah berpotensi bergerak ke kisaran Rp15.385 hingga Rp15.585 per dolar AS.
Sementara itu Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan keputusan menaikkan suku bunga BI atau BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi sebesar 6 persen dilakukan sebagai langkah untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak tekanan global serta mencegah dampak terhadap inflasi barang impor (imported inflation).
Kebijakan suku bunga didukung oleh penguatan stabilisasi nilai rupiah melalui, yang pertama intervensi di pasar valuta asing (valas) pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Kedua, penguatan strategi operasi moneter untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), penerbitan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) serta Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) sebagai instrumen moneter yang pro-market untuk pendalaman pasar keuangan dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri.
Pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah melemah 42 poin atau 0,27 persen menjadi Rp15.505 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.463 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa merosot ke posisi Rp15.504 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.446 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah turun sebab imbal hasil obligasi AS rebound
Baca juga: Kurs Rupiah Selasa pagi turun menjadi Rp15.502 per dolar AS