Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini di tengah imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) yang mengalami rebound.
"Yield obligasi Treasury AS tenor 10 tahun mengalami rebound menjadi hampir 4,3 persen dari level terendah dalam tiga bulan terakhir," kata Josua kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi merosot sebesar 39 poin atau 0,25 persen menjadi Rp15.502 per dolar AS dibandingkan sebelumnya Rp15.463 per dolar AS.
Josua memproyeksikan rupiah hari ini berpotensi bergerak di kisaran Rp15.410 hingga Rp15.550 per dolar AS.
Di samping itu, para pelaku pasar sedang menunggu dan mengukur prospek kebijakan moneter Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) lebih lanjut, dan mengantisipasi data pasar tenaga kerja AS yang akan diumumkan pada pekan ini.
Baca juga: Kurs Rupiah Selasa pagi turun menjadi Rp15.502 per dolar AS
Laporan lowongan pekerjaan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) dijadwalkan pada Selasa, data tenaga kerja Automatic Data Processing (ADP) AS pada Rabu, dan payroll bersama dengan tingkat pengangguran pada Jumat.
The Fed dilihat akan cenderung mempertahankan tingkat suku bunga acuannya pada level 5,50 persen di Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2023, dan mulai menurunkan suku bunga di tahun depan lebih cepat dari ekspektasi awal.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mengatakan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah terus diperkuat agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dan mendukung pengendalian inflasi dari barang impor.
Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya mengatakan, nilai tukar rupiah tercatat stabil dibandingkan mata uang beberapa negara Asia lainnya.
Baca juga: Kurs Rupiah berpotensi naik setelah penyataan "dovish" dari The Fed
Nilai tukar rupiah pada 22 November 2023 menguat 1,99 persen dibandingkan dengan posisi akhir Oktober 2023.
Penguatan nilai tukar rupiah tersebut didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.