Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar rupiah berpotensi melanjutkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya peluang penurunan suku bunga AS.
Pada awal perdagangan Kamis pagi, kurs rupiah naik 23 poin atau 0,14 persen menjadi Rp16.218 per dolar AS, dari sebelumnya sebesar Rp16.241 per dolar AS.
"Rupiah berpeluang meneruskan penguatannya hari ini terhadap dolar AS, setelah semalam Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pernyataannya di hadapan komite Jasa Keuangan DPR AS menyebutkan bahwa The Fed tidak akan menunggu inflasi 2 persen untuk memangkas suku bunga acuannya," kata Ariston, di Jakarta, Kamis.
Pelaku pasar juga melihat indikasi pemangkasan suku bunga dari pernyataan Powell semalam bahwa risiko dari ekonomi bukan hanya inflasi, tapi tingkat pengangguran AS meskipun masih di level rendah namun terus meninggi.
"Jadi The Fed bisa memangkas bunga bila tingkat pengangguran semakin memburuk," ujarnya.
Indeks saham Asia juga terlihat menghijau yang artinya sentimen pasar terhadap aset berisiko cukup positif, dan hal itu bisa membantu penguatan rupiah yang juga adalah aset berisiko.
Ariston menuturkan potensi penguatan rupiah ke kisaran Rp16.180 per dolar AS sampai dengan Rp16.200 per dolar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp16.280 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah Kamis pagi naik 23 poin jadi Rp16.218 per dolar AS