Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan mewaspadai aplikasi belanja baru dari China, Temu, merambah Indonesia karena dikhawatirkan mengganggu pasar produk lokal hingga berdampak terhadap sektor tenaga kerja.
“Itu kan pasti akan menghilangkan banyak rantai distribusi, akan banyak kehilangan lapangan kerja termasuk juga produknya akan lebih efisien sehingga produk kita tidak mungkin bisa bersaing,” kata Teten di Nusa Dua, Bali, Selasa.
Disrupsi aplikasi baru itu, kata dia, karena kanal lapak digital itu langsung memasok produk kebutuhan sehari-hari atau consumer goods yang terhubung dengan 25 pabrik di China langsung ke konsumen sehingga harga produk dalam negeri kalah bersaing dengan produk luar.
Baca juga: MenkopUkm minta Pemda bantu petani bangun sistem pasokan
Dengan demikian, imbuh Teten, tidak ada penjual tangan kedua atau reseller, afiliator, distributor dan sudah masuk ke sejumlah negara di Asia Tenggara.
“Ini sudah masuk beberapa negara ASEAN. Saya sudah sampaikan ke Presiden, ini jangan sampai masuk ke Indonesia. Kalau masuk, UMKM tidak bisa bersaing. Kalau produksi lumpuh, pengangguran meningkat, daya beli turun,” katanya.
Daya beli yang menurun itu, lanjut dia, berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Tanah Air karena sekitar 50 persen pertumbuhan ekonomi negara didorong oleh konsumsi rumah tangga.
Teten menjelaskan pemerintah berupaya memberikan perlindungan kepada UMKM termasuk yang bergerak di lini usaha kebutuhan sehari-hari.
Dengan data jumlah koperasi dan UMKM non pertanian yang pada 2022 mencapai 9,11 juta di seluruh Indonesia, ia mengajak pemerintah daerah untuk fokus melakukan strategi pengembangan dan pemberdayaan UMKM.
Selain itu, melakukan evolusi untuk mendorong ekonomi dan produk baru menyesuaikan dengan potensi daerah yang berdaya saing tinggi.
Baca juga: MenKopUKM Teten minta Instagram berantas perdagangan pakaian bekas impor
Ekonomi dan produk baru itu ditargetkan menjadi bagian rantai pasok baik nasional atau bahkan pasar internasional.
“Ini kan kami harus lindungi karena sebelum bisa melahirkan ekonomi baru, orang yang bekerja di sektor consumer goods, jangan sampai mereka menjadi pengangguran sebelum ada lapangan kerja baru,” katanya.