Penjabat Bupati Buleleng, Bali Ketut Lihadnyana mengapresiasi program bank sampah di daerah itu yang telah menjadi salah satu sumber perekonomian warga masyarakat di samping berdampak positif pada lingkungan.
“Itulah satu lompatan inovasi bahwa kita tidak hanya memikirkan sampah organik, namun juga sampah anorganik. Perlu kita ketahui ini inovasi strategis yang melibatkan masyarakat sehingga terjamin keberlanjutannya,” kata Lihadnyana di Singaraja, Kamis.
Ia mengatakan pengolahan sampah organik menjadi pupuk sudah lumrah dilakukan. Sementara sampah anorganik hanya dijual atau dijadikan kerajinan tangan. Inovasi kemudian dilakukan Bank Sampah Induk (BSI) E-Darling Buleleng.
Sampah anorganik yang dikumpulkan masyarakat ke Bank Sampah Induk akan dicatat dan menjadi tabungan mereka.
“Ini best practice yang bisa direplikasi oleh daerah lain. Berarti ini menjadi percontohan. Ini upaya menyadarkan masyarakat untuk dari dirinya sendiri dulu melakukan pemisahan sampah,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Gede Melanderat mengungkapkan sistem penanganan sampah melalui bank sampah induk ini memang dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat.
Baca juga: Bupati Buleleng minta ASN bersikap netral di Pemilu 2024
Baca juga: Bupati Buleleng minta ASN bersikap netral di Pemilu 2024
“Tentu Buleleng dengan keterbatasannya tidak mungkin membangun mesin-mesin besar pengolah sampah, tapi kami bergerak mengurangi sampah dengan hati, karena pemberdayaan masyarakat pengumpulan sampahnya lebih banyak ke edukasi,” katanya.
Inovasi pengolahan sampah anorganik ini tentu berdampak positif terhadap kondisi perekonomian masyarakat. Karena sampah anorganik khususnya plastik dapat dijual. Pihaknya juga bekerja sama dengan PT Pegadaian sehingga masyarakat dapat mengumpulkan sampah plastik untuk membuat tabungan emas.
“Kami berupaya mengurangi timbunan sampah dari hati, kebersamaan kita mengurangi sampah dengan masyarakat bukan melalui mesin-mesin besar. Ditambah dengan dukungan pemerintah dan instansi vertikal itu luar biasa. Sehingga inovasi ini terus berjalan dengan baik,” kata dia.
Sistem mengolah sampah ini kemudian diikutkan dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB) Republik Indonesia. Saat ini inovasi yang dijuluki “Bulan Melah” (Buleleng Kelola Sampah Anorganik Melalui Bank Sampah) masuk dalam tahapan presentasi dan wawancara finalis TOP KIPP.
Baca juga: Pemkab Buleleng pastikan layanan internet menuju kota pintar
Baca juga: Pemkab Buleleng pastikan layanan internet menuju kota pintar