Denpasar (Antara Bali) - Presiden Federasi Dunia Tentang Terapi Komunitas (WFTC) Anthony Gelormino menyarankan untuk memperhatikan sisi sensitivitas nilai budaya agar pemulihan pecandu narkotika dapat berjalan efektif.
"Jadi harus dipahami bahwa dibutuhkan cara-cara berbeda untuk menerapi pecandu disesuaikan dengan budayanya," katanya di sela "World Conference Federation of Therapeutic Community" (WFTC) ke-25 di Denpasar, Selasa.
Hanya saja, menurut dia, seringkali dalam melakukan rehabilitasi korban narkoba, pihak penerapi hanya mengutamakan unsur menghilangkan kecanduannya tanpa memperhatikan hak-hak seseorang untuk mendapat perlindungan. Padahal, menghilangkan kecanduan tak hanya sebatas menggunakan obat-obatan.
Terapi komunitas (therapeutic community) dinilainya cukup efektif untuk memulihkan kecanduan karena mengadopsi budaya setempat sekaligus melibatkan peran keluarga.
Ia mencontohkan, di Amerika terapi komunitas dipadukan dengan budaya agar para pecandu usai menjalani rehabilitasi dapat mandiri, mengembangkan pekerjaan dan akhirnya bisa kembali dalam lingkungan keluarga.
Sementara itu, Melanie Hermanto dari Forum Komunikasi Family Support Group mengatakan, dengan pemulihan menggunakan pendekatan budaya justru akan lebih fleksibel.
"Seperti kita ketahui bersama, ketika ada satu anggota keluarga yang terkena narkoba, imbas traumatis bisa satu keluarga dan terkadang butuh waktu yang panjang," ucap pengurus dari forum komunikasi keluarga korban pecandu itu. (LHS/T007)
Pemulihan Pecandu Sensitif Nilai Budaya
Selasa, 6 November 2012 15:14 WIB