Surabaya (Antara Bali) - Mahasiswa Program Studi Manajemen Pariwisata Universitas Kristen Petra Surabaya memperingati Hari Pahlawan dengan menggelar wisata "Surabaya Memory Heritage Walk" menapaki rute pahlawan di Surabaya, Minggu.
"Wisata napak tilas bertema "Heroic Trails" itu mengunjungi tujuh tempat yang memiliki arti penting bagi sejarah kepahlawanan di Surabaya," kata penanggung jawab acara Heroic Trail UKP, Dra Sally P. Tio M.Tourism.
Ia menjelaskan, napak tilas diawali dengan menyusuri Kampung Bubutan yang pada zamannya menjadi permukiman para pejuang Indonesia untuk kemudian bergerak melakukan penyerangan terhadap musuh.
Setelah itu, para mahasiswa singgah ke Korps Cacat Veteran di Jalan Rajawali 47. Di tempat ini tinggal sekitar 26 keluarga cacat veteran yang pada zaman perjuangan kemerdekaan bergabung sebagai Tentara Peta. "Di sini peserta wisata napak tilas memberikan sembako," katanya.
Peserta kemudian menuju Gedung/Museum Bank Mandiri yang dulu bernama Escompto. "Pada zaman revolusi, bank itu menjadi tempat menyimpan uang yang digunakan untuk mendanai aksi perang para pejuang kita," ujar Sally.
Para mahasiswa kemudian menelusuri Gedung Internatio dan Jembatan Merah. "Dulunya, Gedung Internatio itu bernama Internation Willamplein. Pada saat Brigjen A.W.S. Mallaby mendarat di Tanjung Perak, Surabaya pada 25 Oktober 1945, gedung itu dikuasai oleh Sekutu," ucapnya.
Pada tanggal 28-30 Oktober, gedung itu diambil alih oleh para pejuang Indonesia dan menjadi saksi tewasnya Brigjen A WS Mallaby di dalam mobilnya yang terbakar.
Di dekat Internatio itulah terletak Jembatan Merah yang merupakan lokasi baku tembak antara para pejuang kemerdekaan Indonesia dengan tentara sekutu pada pertempuran 28-30 Oktober 1945.
"Dari situ, napak tilas berlanjut ke Gedung Van Raad van Justitie atau lebih dikenal dengan Gedung Kempentai yang dulu berdiri di lokasi Tugu Pahlawan, kemudian dijadikan monumen untuk menghargai pejuang kemerdekaan," kata Sally.
Tak ketinggalan, para mahasiswa juga menengok rumah HOS Tjokroaminoto di kawasan Jalan Peneleh, Surabaya. Salah satu murid HOS Tjokroaminoto yang juga kos di rumahnya adalah Ir Soekarno, yang kemudian menjadi presiden pertama Indonesia.
"Beliau merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional, para mahasiswa harus tahu rumahnya dan tahu bahwa di rumah itu biasa dilakukan perundingan dan koordinasi menyusun strategi perang. Jadi, beberapa perundingan dan koordinasi perjuangan dilakukan di rumah itu," ucapnya.
Tujuan akhir napak tilas itu ditutup dengan mengunjungi rumah WR Supratman, pencipta lagu nasional "Indonesia Raya". "Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya yang merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka, Supratman selalu diburu oleh tentara Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya," katanya.
Namun, ia akhirnya ditangkap ketika menyiarkan lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938. Ia ditangkap di NIROM (maskapai siaran radio Hindia Belanda) dan dipenjarakan. Soepratman meninggal sebelum menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.
"Keseluruhan wisata rute pahlawan itu merupakan aplikasi kepedulian kami terhadap perjuangan para pahlawan, khususnya di Surabaya, sehingga dapat menjadi initiative driver yang mampu menggugah kesadaran generasi muda agar tetap menghargai perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan serta melestarikan tempat-tempat bersejarah," demikian Sally.(*/T007)
Wisata Napak Tilas Ala Mahasiswa
Minggu, 4 November 2012 8:57 WIB