Denpasar (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Prof Dr APT Zulles Ikawati PH.D menilai seseorang yang mengalami gagal ginjal akut awalnya menderita infeksi, demam dan sebagainya, sehingga cara yang terbaik untuk mengatasinya semua penderita itu agar jangan sampai sakit.
"Cara terbaik memelihara dan menjaga imun tubuh untuk tetap sehat yakni memanfaatkan herbal agar tetap prima, tidak perlu minum obat yang bermacam-macam," kata Prof Zulles Ikawati, PH.D dalam materi Herbal penjaga Imun Kita ketika menjadi pembicara dalam Webinar Bokashi-Jamu tradisional yang digelar PT Karya Pak Oles Tokcer.
Ia menyampaikan hal tersebut krpada sekitar 100 peserta kalangan milenial lintas provinsi di Indonesia bersama pembicara lainnya yakni Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer Dr Ir Gede Ngurah Wididana, M Agr dengan moderator Wibhuti Emriko, BSc., M.Sc yang juga ketua panitia webinar tersebut.
"Manusia sejak lahir hingga sekarang selalu dihadapkan pada berbagai paparan virus dan bakteri yang bersumber dari lingkungan. Namun, berkat karunia sistem imun dan daya tahan tubuh yang kompleks, khas dan spesifik, sehingga mampu mengatasi setiap paparan dari luar tersebut," ujarnya.
Baca juga: Akademisi: Pertanian kota wujud cinta lingkungan-mandiri pangan
Sistem imun yang spesifik secara khusus juga mampu mengatasi paparan virus dan bakteri. Untuk itu, setiap orang perlu memaksimalkan sistem imun agar dapat berfungsi secara baik untuk mengatasi berbagai paparan.
Sistem imun atau lini pertahanan terdiri atas tiga lapis yakni pertama kulit menyusul membran mukosa yang mampu mengatasi semua paparan. Kemudian juga stesi atau sesuatu yang dilepaskan dari kulit, misalnya pagi-pagi ada kotoran di lubang hidung l.
"Itu adalah bagian dari sistem imun kita yang secara otomatis menghilangkan paparan negatif pada tubuh," ujar Prof Zulles Ikawati, seraya menjelaskan, lapisan kedua adalah sel-sel darah putih bekerja sebagai tentara dalam tubuh yang mampu memakan patogen yang masuk ke dalam tubuh seperti bakteri dan kuman.
Zat tersebut kemudian akan melepaskan protein mikroba dan ada respons peradangan yaitu dalam level tertentu adalah sel pelindung (pertahanan) diri yang sangat bermanfaat untuk memelihara ketahanan tubuh.
Kemudian spesifik ketiga adalah likosi dan antibodi, seperti dalam pandemi COVID-19 yang banyak juga terpapar, kemudian diukur antibodinya, disusul melakukan vaksinasi untuk meningkatkan antibodi.
Baca juga: Akademisi: Majukan pertanian perkotaan untuk ketahanan pangan
Dengan ketiga lapis pertahanan diri tersebut, semua imun tubuh dapat dioptimalkan, yakni kulit terjaga, kalau ada luka atau infeksi kecil akan dapat diatasi dengan baik, sesegera mungkin.
Prof. Zulles Ikawati menjelaskan, sel darah putih akan memakan mikroba atau pantogen, sehingga sel-sel imun secara khusus seperti liposit akan menghasilkan antibodi yang akan menyerang patogen yang masuk mengganggu imun tubuh.
Dengan demikian kulit merupakan lapisan pertama sebagai proteksi dari daya tahan tubuh, yang cukup sering mendapat paparan dari lingkungan seperti tergores, luka dan gigit serangga.
Jika hal itu tidak segera diatasi akan menimbulkan infeksi sehingga bisa menjadi tempat masuknya kuman yang dapat menimbulkan gangguan.
"Untuk itu, perlu sejak lini pertama penanganan dengan baik seperti bisul untuk segera dilakukan upaya penyembuhan," ujar Prof Zulles Ikawati berharap.