Badung (ANTARA) - Pemerintah Indonesia memanfaatkan kepemimpinannya (presidensi) di G20 untuk membahas pemulihan sektor penerbangan global berikut kebijakan keuangan yang perlu dibuat oleh negara-negara anggota dalam sesi dialog antarpemangku kepentingan di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa.
Dalam side event G20 itu, yang bertajuk "Financial Measures for the Aviation Recovery", Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi menyampaikan negara-negara G20 bersama organisasi dunia bidang penerbangan dan industri perlu bersama-sama mengidentifikasi dampak pandemi, dan kemudian membuat aksi global demi mempercepat pemulihan.
"Aspek finansial merupakan hal yang krusial dalam industri penerbangan. Oleh karena itu, dialog ini memberi catatan lesson learned, pengalaman baik di negara-negara untuk memulihkan sektor penerbangannya. Ingat, yang kami lakukan ini program G20. Jadi, bukan hanya untuk Indonesia, meskipun Indonesia mungkin dapat jadi contoh yang baik setelah ada pandemi, kita bisa cepat recovery walaupun belum maksimal," kata Budi Karya Sumadi di sela-sela acara dialog di Nusa Dua, Bali, Selasa.
Baca juga: Perjanjian hubungan udara ASEAN dengan Uni Eropa disepakati di Bali
Dalam kesempatan yang sama, ia menyampaikan acara dialog G20 itu dihadiri langsung oleh Presiden Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) Salvatore Sciacchitano, pejabat dari Asosiasi Angkutan Udara Internasional (IATA), sejumlah perusahaan pembiayaan (leasing) internasional, Aergo Capital, pelaku utama industri penerbangan seperti Boeing dan Airbus, serta menteri transportasi dan pejabat senior dari negara anggota ASEAN, Uni Eropa, Amerika Serikat, Italia, Rusia, Arab Saudi, dan India.
"Saya bangga Presiden ICAO bersedia hadir. Bahkan, topik (dialog) beliau yang memberikan, yaitu bagaimana industri aviasi bangkit. Beliau tidak gampang hadir dalam satu event, tetapi di event prestige G20 ini kami buat side event yang membahas upaya membangkitkan dunia aviasi secara menyeluruh," kata Budi Karya.
Presiden ICAO Salvatore Sciacchitano pada kesempatan yang sama pun memuji sikap dan komitmen Indonesia yang meneruskan komitmen G20 mendukung pemulihan dunia penerbangan global.
"Alasan saya hadir di sini, karena saya menghormati komitmen, perhatian, dan peran Indonesia membawa isu penerbangan menjadi salah satu perhatian selama kepemimpinannya di G20," kata Sciacchitano.
Baca juga: Pertemuan Menhub se-ASEAN di Bali diikuti EU, Jepang, Korsel, China
Ia menjelaskan saat ini penerbangan menjadi sektor yang cukup parah terdampak pandemi akibat berbagai kebijakan pembatasan mobilitas dan aktivitas selama pandemi COVID-19. Presiden ICAO itu menyampaikan sebelum COVID-19 ada 4,5 miliar penumpang internasional yang berpergian menggunakan angkutan udara.
"Namun, selama pandemi COVID-19 pada 2020, jumlah itu turun atau minus 60 persen, kemudian minus 40 persen pada 2021," kata Sciacchitano.
Ia menyampaikan sepanjang 2022 ICAO mengamati jumlah penumpang mulai mendekati angka pada 2019 di beberapa kawasan, di antaranya Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Latin.
Namun, pemulihan total sektor penerbangan dunia diprediksi terjadi pada 2023, kata dia.
"Oleh karena itu, sektor penerbangan membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah, dan terkait itu Konferensi Tingkat Tinggi G20 menjadi kesempatan yang penting untuk menegaskan kembali komitmen negara-negara G20 pada tahun-tahun sebelumnya untuk mendukung sektor penerbangan yang mana akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial," kata Presiden ICAO.
video oleh Pande Yudha