Mekkah (Antara Bali) - Wakil Amirul Hajj Hasyim Muzadi mengatakan, makna substansi haji harus tetap ibadah bagi perbaikan 'intuisi basiroh' atau detakan hati yang paling dalam, jangan sampai mengarah ke urusan pariwisata.
"Intuisi basiroh adalah 'black box' ibarat dalam pesawat, dan tidak mudah rusak serta terkontaminasi," kata Hasyim saat menyampaikan makna haji secara hakiki menjawab pertanyaan wartawan yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH) di Mekkah, Arab Saudi, Kamis.
Fisik memang penting, tapi jangan kegiatan manasik lebih dipentingkan daripada substansi ibadahnya.
Ada tiga faktor terkait haji, masing-masing niat, bekal dan intuisi basiroh. Niat, semua jemaah mampu melaksanakannya. Bekal, ujarnya, harus 'halal' dalam penyediaan kebutuhan bekal termasuk ongkos naik haji dan makan serta minuman yang dikonsumsi.
Faktor terpenting adalah substansi ibadah yang diharapkan akan berdampak positif bagi perilaku para jemaah haji setelah kembali ke kampung halamannya. Para haji itu diharapkan menjadi hamba Allah yang agamis dan makhluk sosial yang keberadaannya berimbas kebaikan bagi lingkungan keluarga terdekatnya.
"Misalnya, kalau satu tahun 200.000 jemaah haji dan setiap jemaah memiliki lima anggota keluarga terdekat yang terdampak kebaikan, maka satu juta orang setiap tahun berperilaku amanah," ujarnya.(*/T007)