Denpasar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (senator) Made Mangku Pastika akan memperjuangkan dan mencarikan solusi atas kendala yang dihadapi anggota Forum Pelaut Bali untuk memperoleh visa bekerja di Jerman.
"Saya optimistis ini bisa, tolong dilampirkan bukti-bukti dan jangan pernah takut memperjuangkan nasib banyak orang," kata Pastika dalam penyerapan aspirasi dengan Forum Pelaut Bali di Denpasar, Jumat.
Mantan Gubernur Bali dua periode itu mengaku akan segera bersurat kepada Konsul Kehormatan Jerman di Bali dan mengirimkan staf ahlinya untuk bertemu konsul guna mencari jalan keluar atas sulit dan lamanya para pelaut atau pekerja migran untuk memperoleh visa.
Baca juga: Mangku Pastika : Pemuda Bali tingkatkan kualitas diri hadapi glokalisasi
Menurut dia, di tengah era yang serba digital saat ini, proses pengeluaran visa seharusnya tidak memakan waktu yang lama hingga empat bulan.
Dengan terhambatnya untuk memperoleh visa, ujar Pastika, peluang warga Bali untuk bekerja di kapal pesiar pun bisa direbut orang lain. Ia menduga ada "bau" persaingan bisnis yang menyebabkan kendala tersebut.
"Padahal, kalau mau berbicara kemiskinan, bekerja di kapal pesiar atau menjadi pelaut, ini adalah salah satu solusinya. Ketika saya berkunjung ke desa-desa, saya sempat bertanya ternyata rumah yang bagus-bagus itu penghuninya mayoritas bekerja di kapal pesiar," ucapnya.
Oleh karena itu, saat menjabat Gubernur Bali, ia sempat membuat program dengan memfasilitasi biaya hingga Rp20 juta bagi pemuda-pemudi Bali yang ingin bekerja di kapal pesiar.
Ketua Forum Pelaut Bali I Dewa Gede Indra Yuda dalam kesempatan itu menyampaikan keluhan dari susahnya ratusan pelaut yang tergabung dalam Forum Pelaut Bali untuk mendapatkan visa bekerja di Jerman.
"Kami melihat seperti ada permainan, sepertinya sengaja dipersulit. Kami harapkan bisa segera mendapatkan visa, jangan sampai posisi kami digantikan dengan tenaga kerja dari negara lain, sehingga kami kehilangan nafkah," ujarnya.
Baca juga: Anggota DPD harapkan LDII Tabanan siarkan dakwah yang menyejukkan
Penasihat Forum Pelaut Bali Alit Budi Sastrawan mengatakan kesulitan untuk memperoleh visa tersebut sudah terjadi sejak akhir November 2021.
Menurut dia, ketika para pelaut Bali mencoba untuk melakukan proses pengajuan slot visa secara daring, selalu saja tertulis tidak tersedia (non-available).
Bahkan, beberapa kali pihaknya sempat secara bergilir selama 24 jam non-stop mencoba untuk melakukan pendaftaran slot, tetap dinyatakan tidak tersedia.
"Namun, ternyata ada yang menjual slot dengan biaya tambahan hingga Rp5,5 juta dan ini berlanjut sampai sekarang," ucapnya.
Sementara itu, Daniel yang juga Penasihat Forum Pelaut Bali berharap dengan penyampaian aspirasi tersebut bisa mendapatkan titik terang karena seharusnya ada sejumlah pekerja yang sudah mendapat jadwal bekerja pada Maret 2022.
Ia memiliki sejumlah bukti dugaan adanya "permainan" dalam pengeluaran visa tersebut. "Kami pantau 24 jam tidak pernah dibuka slot, namun ternyata ada yang mendapat appointment di jam yang sama," ucapnya.
Pihaknya juga sudah berbicara dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) dan Kementerian Tenaga Kerja terkait persoalan ini, namun dikatakan bukan kewenangannya.
Baca juga: Mangku Pastika: Agrowisata jadi peluang menarik di saat pandemi
Daniel mengatakan tahun-tahun sebelumnya tidak pernah ada masalah untuk pengurusan visa, namun muncul masalah ketika dialihkan melalui mekanisme Visa Application Center.
Ia mengemukakan warga Bali yang sudah diterima untuk bekerja di River Cruise, Jerman, dari LPK Royal Bali Internusa sekitar 250 orang dan dari LPK ISS Management ada 400 orang. "Namun yang mendapat jadwal untuk janji temu untuk pengurusan visa baru sekitar 30 persen," ujarnya.