Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster terus berupaya mewujudkan Bali mandiri energi dengan menggunakan energi bersih dan terbarukan, sehingga daerah itu tidak terus ketergantungan pasokan listrik dari Pulau Jawa. Apalagi, energi bersih atau energi hijau menjadi salah satu dari tiga tema utama G20.
"Dalam visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, saya akan wujudkan Bali mandiri energi. Sekarang dari kapasitas listrik Bali 1.250 MW itu, 380 MW masih disuplai dari Paiton," kata Koster dalam peringatan Hari Tumpek Wayang di Denpasar, Sabtu.
Koster mengatakan sebelumnya sudah berbicara dengan Menteri ESDM dan Dirut PLN agar dalam memenuhi kebutuhan listrik di Bali harus menggunakan energi bersih.
"Saya sempat tolak suplai 500 MW dari Paiton, karena membuat ketergantungan Bali dari luar makin tinggi, di samping bahan bakarnya menggunakan batubara yang tidak ramah lingkungan," ujarnya.
Baca juga: G20 momen untuk fokus pada pendanaan untuk transisi energi hijau
Menurut dia, Bali harus menggunakan tenaga listrik yang ada di Bali dan mentransisikan pembangkit listrik yang sebelumnya menggunakan bahan bakar batu bara ataupun solar menjadi energi yang terbarukan, minimal menggunakan gas.
"Sekarang pembangkit listrik di Gilimanuk dan Pemaron masih menggunakan minyak solar, sehingga harus diubah ke energi ramah lingkungan," ujarnya.
Selain itu pada 18 Februari 2022 sudah dilakukan "groundbreaking" pembangkit tenaga listrik berbahan gas di Pesanggaran dengan kapasitas 2x100 MW.
Koster menambahkan, penggunaan energi bersih kembali digemakan juga terkait dengan Peringatan Hari Suci Tumpek Wayang pada hari ini yang dirayakan umat Hindu di Bali setiap 210 hari sekali.
"Tumpek Wayang berkaitan dengan pelaksanaan Jagat Kerthi, penerapan energi bersih dari hulu sampai hilir sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali," ucapnya.
Baca juga: Presiden Jokowi : Energi hijau sebagai kekuatan Indonesia
Visi tersebut disarikan dari kearifan lokal warisan leluhur masyarakat Bali dan nilai-nilainya tetap diperlukan sepanjang zaman karena mengandung nilai filosofi yang universal.
"Pelaksanaan Tumpek Wayang selama ini saya lihat semakin meredup dan tidak terangkat secara kolektif di seluruh Bali, padahal mengandung kearifan lokal yang luar biasa," kata Koster.
Peringatan Hari Tumpek Wayang di Provinsi Bali diisi dengan rangkaian beberapa kegiatan seperti groundbreaking pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Jalan Tol Bali Mandara.
Kemudian membuka pameran kendaraan bermotor listrik berbasis baterai dan penyerahan bantuan Wayang Kulit serta Gamelan Gender kepada pangempon Pura Agung Besakih, Kabupaten Karangasem.
Selain itu, mengedukasi masyarakat untuk kembali mencintai hasil kebudayaan Bali melalui pementasan Wayang Kulit Tantri yang dimainkan oleh dalang I Wayan Wija asal Desa Sukawati, Gianyar.
Baca juga: Pemkab Badung siap optimalkan penanganan sampah terintegrasi
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof I Gede Arya Sugiartha dalam laporannya mengatakan peringatan Tumpek Wayang dilakukan dengan kegiatan secara niskala (spiritual) dan sekala (fisik).
Kegiatan secara niskala yaitu dilakukan dengan Pecaruan Tilem Kasanga dan sembahyang bersama, sementara kegiatan secara sekala diisi dengan resik sampah plastik, penggunaan energi bersih, pembatasan penggunaan bahan plastik dan pameran produk hasil pertanian organik.