Denpasar (ANTARA) - Kodam IX/Udayana fokus dalam menangani jembatan putus akibat dari banjir yang terjadi di Provinsi NTT dan NTB.
"Dalam arahan Kasad, agar nantinya untuk daerah terdampak banjir dan ada jembatan yang putus, segera laporkan ruas panjang jembatan penghubung yang rusak dan putus akibat diterjang banjir sehingga memudahkan untuk segera ditangani satuan TNI AD yang membidanginya," kata Panglima Kodam IX/Udayana, Mayor Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, dalam siaran pers yang diterima di Denpasar, Senin.
Di antara jembatan yang putus dan rusak adalah Jembatan Benenain, di Kabupaten Malaka, NTT. Jembatan ini melintasi Sungai Benenain, salah satu sungai utama di sana.
Dalam konferensi pers dengan Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Andika Perkasa, pada Minggu (4/4), di Ruang Yudha Puskodalops Kodam IX/Udayana, Simanjuntak menjelaskan bahwa banjir yang terjadi di NTB sebelumnya sudah diantisipasi sejak lama.
"Banjir yang terjadi sejak 2 April 2021 itu disebabkan karena penanaman jagung secara sporadis oleh masyarakat, sehingga bukit-bukit di wilayah Kabupaten Bima menjadi gundul, ketika terjadi curah hujan yang dengan intensitas sedang dan tinggi kurang lebih selama sembilan jam tanpa henti itu yang mengakibatkan banjir," kata dia.
Saat itu, dia menjelaskan, komandan Korem 162/WB telah berulang kali mengerahkan anggotanya untuk menanam pohon di bukit-bukit tersebut. Total ada 30.000 bibit pohon yang ditanam, namun setelah ditinggalkan tanaman itu dirusak kembali.
Adapun dampak banjir di NTB, menggenang tujuh kecamatan, 34 desa dengan 9.245 KK dan 27.808 jiwa, yang mengakibatkan kerugian sebanyak 4.643 rumah terendam, tiga jembatan penghubung rusak, enam fasilitas pendidikan, tiga perkantoran dan tempat ibadah termasuk 294 Ha lahan pertanian serta 25 Ha lahan perikanan terendam air.
Adapun korban jiwa dalam bencana ini ada dua orang meninggal dunia karena hanyut dan 23.759 orang mengungsi sementara ke daerah yang lebih tinggi.
Sementara untuk wilayah NTT, ada enam kabupaten, dua kota, 29 kecamatan, tiga kelurahan dan 75 desa dengan kerugian 1.122 rumah terendam, 10 jembatan rusak, satu fasilitas pendidikan, 320 Ha lahan pertanian, satu tempat ibadah dan jaringan komunikasi terputus.
Selain itu, kata dia, dampak yang diakibatkan juga adanya korban jiwa, termasuk juga diperkirakan masih ada yang hilang dan masih terus dicari.