Jakarta (ANTARA) - Forum dokumenter internasional Docs By The Sea tahun ini menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi COVID-19 dengan menggelar acara secara daring pada 13-28 Agustus 2020.
Forum yang menghubungkan film dokumenter terbaik Asia Tenggara untuk pasar internasional biasanya diselenggarakan di Bali, tapi kali ini dipindahkan ke dunia maya.
“Sangat menggembirakan bagi saya untuk melihat antusiasme yang diterima Docs By The Sea dari industri internasional," kata Wishnutama Kusubandio, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dalam siaran resmi, Selasa.
"Docs By The Sea telah memperluas jangkauan pembuat film Asia Tenggara untuk mengangkat cerita lokal dan juga membawa mereka ke panggung internasional. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bangga dapat mendukung para pembuat film di Asia Tenggara untuk mengasah talenta pada program ini."
Docs By The Sea didirikan oleh In-Docs dan Badan Ekonomi Kreatif, kini forum ini juga didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar film dokumenter dapat akses ke platform distribusi global.
“Dengan maraknya bahaya era COVID-19 ini, seluruh dunia menyadari betapa pentingnya sebuah cerita yang bagus dan kuat. Kita menjaga diri kita untuk terus terhubung satu sama lain, dengan dunia yang kita tinggali, melalui kisah-kisah yang saling kita bagi," kata Amelia Hapsari, Program Director In-Docs.
Tahun ini ada 29 proyek dokumenter terpilih dari delapan negara Asia Tenggara untuk berpartisipasi dalam Lab Pengembangan Cerita dan Lab Penyuntingan Film pada 13-24 Agustus, serta ajang presentasi pada 26-28 Agustus.
Baca juga: Kemenparekraf yakinkan berwisata aman dengan protokol kesehatan ketat
Sebagian diantaranya berasal dari Indonesia, yakni "A Distant Call" dari sutradara Andrea Suwito, "Aluk: dari Wahyu Al-Mardhani dan Chris Cochrane-Friedrich, "Permanent" dari Adlino Dananjaya, "The Ballad of Clove Village" dari Dwi Sujanti Nugraheni, "The Journey to the East" dari Marjito Iskandar Tri Gunawan, "The Treasure of Sumatra" dari Dennis Angga Hermawan, "Voice of Baceprot" dari Yosep Anggi Noen dan "Voyage to the Past" dari Patar Simatupang.
Juga "Love, Hate and Reason" dari Patar Simatupang, "Planet of Love" dari Ika Wulandari, "Soeboertono Mote" dari Yonri Revolt dan "The Flame" dari Arfan Sabran,
Peserta diajari memperkuat cerita, menajamkan presentasi dan mencari potensi kisah untuk dapat dana dan distributor dalam Lab Pengembangan Cerita, sementara Lab Penyuntingan Film memberi kesempatan kepada peserta untuk berkonsultasi memaksimalkan struktur cerita di bawah bimbingan penyunting film dan dramaturgi kelas dunia.
Semua peserta bisa tetap berkesempatan untuk berinteraksi dengan calon donatur, broadcaster, distributor, festival film, agen penjualan dan pelaku industri lain untuk menarik jalur pendanaan dan distribusi meski acara digelar secara daring.
Sejak berdiri pada 2017, Docs By The Sea telah mendukung 74 proyek dokumenter di Asia Tenggara. Para alumninya sudah berhasil masuk seleksi 40 festival film internasional, termasuk Festival Film Internasional Busan di Korea dan Visions du Reel di Swiss. Saat ini ada empat dokumenter yang ditayangkan di program Inside Lens dk NHK, Jepang.
Para peserta Docs By The Sea pun berkesempatan terpilih masuk ke forum internasional yang sudah bekerjasama dengan Docs By The Sea, termasuk IDFA Forum dan DOK Leipzig Co-Production Market.
Untuk tahun ini, DOK Leipzig akan memberikan hadiah pitching kepada salah satu pembuat film untuk berpartisipasi di program DOK Co-Pro Market, sebuah pasar film di Jerman yang tahun ini juga akan diadakan secara daring di dunia maya.
“Docs By The Sea telah memberikan saya akses untuk melihat perspektif baru. Ini sangat fundamental, mencari pilar-pilar filmnya sendiri, bukan teknis," kata Maulana Syuhada, sutradara dari film "The Journey" di Docs By The Sea 2017.
"Selain membuka tentang perspektif dan memberi pencerahan ke filmmaker di sisi kreatif, saya diberikan juga jaringan ke seluruh dunia yang sangat membantu untuk para pembuat film, apalagi sebelum berpartisipasi di Docs By The Sea saya masih lumayan baru di industri Dokumenter. Bahkan setelah Docs By The Sea selesai, para mentor tidak berhenti memberi dukungan kepada film kami."
Baca juga: Kemenparekraf buka pendaftaran bagi pengusaha perlu bantuan insentif
Docs By The Sea akan menghadirkan beberapa webinar secara daring yang akan membahas mengenai kesempatan co-produksi dengan Prancis, Jepang, Korea Selatan, dan bentuk-bentuk medium imersif dokumenter lainnya yang hadir di dunia maya.