Denpasar (ANTARA) -
Penulis perempuan mendominasi lomba kritik film dokumenter berjudul Roots yang menggambarkan kiprah satu abad seniman berpengaruh, Walter Spies di Bali.
“Dalam beberapa tahun terakhir lanskap kritik film telah mengalami transformasi yang signifikan,” kata manajer pameran Roots, Yudha Bantono di Denpasar, Bali, Rabu.
Menurut dia, selama ini bidang kritik film secara tradisional didominasi laki-laki dan saat ini telah terjadi pergeseran dengan meningkatnya penulis perempuan muda dalam kompetisi ulasan atau resensi film.
Melalui kompetensi kritik film dokumenter itu, lanjut dia, membawa angin segar bagi kemajuan penulis muda perempuan di Pulau Dewata.
“Kehadiran kalangan penulis muda memberi warna berbeda dalam merespons karya film dokumenter fiksi yang sarat nilai sejarah dan sosial budaya,” ucapnya.
Baca juga: Pameran seni seabad Walter Spies hadirkan refleksi tantangan Bali
Sementara itu, penyelenggara lomba resensi film dan perancang pemutaran film, Lina PW mengungkapkan bahwa penulis dominan berasal dari pelajar dengan komposisi 30 persen adalah laki-laki dan 70 persen adalah perempuan.
Tidak hanya menonton film karya Michael Schindhelm berdurasi 165 menit itu, para peserta juga diajak menyelami kembali jejak perjalanan seniman asal Jerman, Walter Spies melalui tulisan kritis mereka.
Kehadiran film dokumenter itu sebagai momentum 100 tahun Walter Spies di Bali yang tidak hanya merayakan warisan budaya, tetapi juga menumbuhkan semangat literasi dan refleksi sejarah kepada generasi muda.
Lina menilai film itu mampu menghadirkan beragam perspektif, terutama dari kalangan muda, karena di balik ketenaran Bali yang terangkum dalam karya seni Walter Spies, juga membawa tantangan akibat masifnya pertumbuhan pariwisata.
Baca juga: Pameran Roots angkat tema 100 tahun seniman Walter Spies di Bali
“Fenomena itu menunjukkan pentingnya inklusivitas dan keberagaman dalam membentuk cara pandang terhadap film,” ucapnya.
Sementara itu, para pemenang kritik film tersebut merupakan para pelajar SMA Negeri 3 Denpasar, yakni juara pertama Kadek Cahya Widiari dengan tulisan berjudul ROOTS: Ketika Bali Berbicara dari Akar.
Kemudian, juara kedua Ketut Arijuna Aryawangsa (Bersama Walter Spies, Menyusuri Akar Permasalahan Bali) dan juara ketiga Komang Tri Sinta Dhyana Kuntari berjudul Roots (2024): Paradoks Indahnya Akar Bali dari Kanvas Hidup Seorang Anomali.