Bangli (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali hingga saat ini masih terus melihat dan mengkaji perkembangan harian kasus COVID-19 terkait rencana membuka kembali pariwisata bagi wisatawan mancanegara mulai 11 September 2020.
"Kami masih melihat perkembangan kasus COVID-19, mudah-mudahan jumlah pasien yang sembuh bisa lebih banyak dari kasus baru. Kalau kondisi ini bisa dipegang flat begini saja, mudah-mudahan bisa dibuka terbatas untuk tempat-tempat tertentu," kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati di sela menghadiri kegiatan "Digitalisasi Wisata dan UMKM Bangli Berbasis QRIS BPD Bali Mobile", di Kintamani, Bangli, Minggu.
Dia menambahkan, untuk tempat-tempat wisata yang dinilai belum siap menerapkan protokol kesehatan secara ketat, tentunya tidak akan dipaksakan untuk dibuka.
Baca juga: GTPP Bali: 3.269 pasien positif COVID-19 sudah sembuh
Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Bali, hingga Minggu, jumlah kasus positif COVID-19 di Provinsi Bali sebanyak 3.779 orang, sedangkan pasien yang sudah sembuh sebanyak 3.269 orang (86,50 persen). Sedangkan pasien yang masih dalam perawatan sebanyak 461 orang (12,2 persen) dan yang meninggal dunia sebanyak 49 orang (1,3 persen).
"Kami selalu menggunakan momentum untuk menunjukkan kepada dunia bahwa pemerintah, swasta, dan masyarakat terus berupaya menanamkan keyakinan pada masyarakat luar bahwa kita telah menyiapkan agar Bali tetap kondusif, di antaranya melalui kegiatan seperti ini," ujar pria yang akrab dipanggil Cok Ace itu.
Meskipun nanti Bali sudah dibuka untuk wisman, Cok Ace mengatakan Bali masih memiliki sejumlah tantangan, di antaranya menyangkut kapasitas pesawat.
Dia mengemukakan, dulu ketika pesawat boleh terisi penuh dan sebelum pandemi COVID-19, rata-rata kunjungan wisatawan ke Bali per harinya sekitar 14 ribu.
"Ketika pesawat hanya boleh terisi 60 persen dari kapasitasnya, kalau dianggap full sekarang jadi 8.400 per hari. Itu jika dalam kondisi pariwisata bagus berarti. Tetapi kalau sampai di bawah 5.000, itu artinya sama dengan kondisi tahun 2002 saat Bom Bali yang per hari rata-rata 3.500 sampai 4.000 wisatawan. Bahkan sempat terendah 800 orang per hari, cuma itu tidak lama," ujarnya pula.
Baca juga: Hotel Sthala Ubud siap layani wisatawan lewat sertifikat protokol kesehatan di era tatanan baru
Namun, lanjut Cok Ace, dalam beberapa bulan ini karena pandemi COVID-19, kunjungan wisman ke Bali bisa dikatakan nol karena tidak ada penerbangan. Sekarang, tidak ada orang asing yang ke Indonesia kecuali untuk tujuan tertentu seperti pendidikan dan kesehatan.
Tantangan berikutnya, ujar dia, jika pun wisatawan menyatakan hendak ke luar negeri, tetapi belum tentu juga diizinkan ke Indonesia. "Apalagi Indonesia ini luas, dan di beberapa provinsi kasus COVID-19-nya juga fluktuatif," ujar Cok Aceh yang juga Ketua PHRI Provinsi Bali.