Denpasar (ANTARA) - Perkembangan media sosial (medsos) sejak tahun 2004 hingga kini, menarik perhatian tim media online "Eramadani.com" Denpasar-Bali, karena itu tim media daring itu pun mengajak LKBN ANTARA Biro Bali untuk mengupas Perkembangan Medsos lewat "podcast" (radio daring/audiovisual internet) di Kantor Biro LKBN ANTARA Bali, 24 Juli 2020.
"Sejak awal 1990-an, era digitalisasi mulai berkembang dan media massa akhirnya mengalami kegalauan karena berada di persimpangan antara media massa yang konvesional dan media sosial yang digital hingga 'mengancam' media massa," tutur Kepala Biro LKBN ANTARA Bali, Edy M Ya'kub, ketika ditanya jejak perkembangan media sosial.
Dalam program acara bertajuk "Bali Bebas Bicara" yang dipandu Ricky Anzuri Brahmana selaku "announcer" dari EraMadani.com itu, Edy melanjutkan bahwa era digitalisasi sebenarnya ditandai kehadiran media online secara masif oleh Detikcom pada tahun 1997. Sebelumnya, Republika.co.id telah hadir sebagai media online yang pertama pada tahun 1994, namun masih dianggap statis. ANTARA sendiri meluncurkan edisi online (www.antaranews.com) pada Januari 1996, namun baru terintegrasi secara nasional saat menjadi BUMN.
"Kehadiran media online itu masih membuat media massa merasa galau, karena tidak banyak yang 'hijrah' ke media online, namun media massa masih ada yang setengah-setengah dalam proses digitalisasi dengan menampilkan 'dua wajah dalam satu kepala' yakni media cetak (koran) digital atau koran pdf, meski akhirnya terbukti media cetak yang memiliki dua edisi yakni edisi cetak dan sekaligus edisi online itu lebih unggul," ungkapnya.
Di tengah kegalauan itulah, media sosial pun hadir meramaikan era digitalisasi mulai tahun 2004, meski wujud/bentuk media sosial juga beraneka ragam. Ada medsos berkonten serius seperti blog dan wikipedia, lalu konten tidak serius seperti game. Ada pula, medsos yang berkonten komunitas seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, Line, dan sejenisnya, lalu ada medsos yang berkonten sosial, seperti Instagram, YouTube, dan sejenisnya.
Baca juga: Deputi: Kominfo-ANTARA jadi ujung tombak lawan hoaks dan satukan negeri
"Kehadiran medsos itu semakin membuat media massa menjadi galau atau berada di persimpangan yang membuatnya semakin terancam, apalagi media sosial sangat berbeda atau bahkan bertentangan dengan media massa dan media online, karena media sosial itu berada di tangan masyarakat awam yang tidak profesional sama sekali dalam informasi," paparnya.
Akhirnya, Ricky "EraMadani" selaku "announcer" pun menimpali, apa yang seharusnya dilakukan media massa menyikapi 'ancaman' medsos itu? "Media massa harus tetap pada rel sebagai media yang menyampaikan informasi yang edukatif dan kritik yang memihak publik. Justru, kehadiran medsos itu membuat tugas mengedukasi publik harus lebih masif, apalagi karakter masyarakat kita yang suka gosip," ucapnya dalam perbincangan hampir satu jam itu.
Ya, edukasi atau literasi media harus lebih masif dilakukan media massa bersama negara, karena media sosial itu menciptakan jebakan yang membuat masyarakat hanya "maju" dalam teknologi tapi "purbakala" dalam karakter, misalnya video kebakaran hutan di lereng Gunung Agung yang "di-share" dengan narasi gunung meletus (bukan kebakaran), atau video COVID-19 di Jakarta dengan dubbing dari Bali sehingga ada kesan terjadi di Bali.
Nah, perkembangan era digitalisasi yang memunculkan media sosial yang sering menebar hoaks (kabar bohong) karena disajikan oleh orang-orang yang tidak profesional di bidang informasi/komunikasi itulah akhirnya mendorong LKBN ANTARA sebagai "Kantor Berita" untuk langsung terjun "mengedukasi publik", bukan sekadar melayani media massa ansich.
"Bertepatan dengan itu, negara melalui Presiden SBY menugasi ANTARA sebagai BUMN di bidang informasi dan komunikasi lewat PP 40/2007 tentang Perum LKBN ANTARA pada 17 Juli 2007 yang sejak itu bertugas menjadi 'corong' atau jubir negara yang membantu negara dalam melakukan 'branding' potensi dan 'counter' hoaks," tegasnya.
Baca juga: Video Tentang ANTARA Biro Bali
Selain media online, era digitalisasi juga disikapi LKBN ANTARA dengan mengembangkan diri lebih luas dalam melayani negara dan publik, selain tugas utama sebagai pemasok konten untuk media massa, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
"Pengembangan yang dilakukan ANTARA meliputi portal/online, koran digital, videotron atau i-Media, IMCS (layanan agenda setting melalui integrasi media komunikasi), diklat jurnalistik (Jurnalisme Indonesia), pameran fotografi jurnalistik (nyata-maya), dan peran edukasi/historis/sosial sesuai dengan perkembangan kebutuhan negara dan publik," ujarnya.
Tugas Kantor Berita
Jadi, Kantor Berita ANTARA secara umum memiliki tiga tugas, yakni:
1. Tugas Utama : melayani media massa (nasional dan internasional) lewat platforn VSAT/wire/brand-A sebagai rujukan/dikutip dan kompas informasi.
2. Tugas Negara: melayani negara lewat jejaring portal/online, koran digital, videotron/i-Media, IMCS (IMCS = layanan agenda setting melalui integrasi media komunikasi) sebagai branding potensi dan counter hoax.
3. Tugas Publik : melayani publik lewat diklat jurnalistik (Jurnalisme Indonesia), pameran fotografi jurnalistik (nyata-maya), dan peran-peran edukasi/historis/sosial lainnya sesuai kebutuhan negara/publik sebagai sarana literasi media kepada publik.
"Untuk IMCS itu bersifat agenda setting untuk situasi krisis, seperti kerja sama 'placement media' dengan Kominfo untuk agenda pemerintahan pada tahun 2019 atau agenda penanganan COVID-19 pada tahun 2020. Untuk non-negara itu seperti kerja sama dengan Pertamina dalam konversi minyak tanah ke gas pada tahun 2011 dan sebagainya," katanya.
Di Biro Bali, peran edukasi/historis/sosial itu dinamai 'Tjatranata Dharma' yang mengacu pada sosok Wayan Tjatranata sebagai Kepala Perwakilan LKBN ANTARA Bali yang pertama (1972-1979), meski ANTARA sendiri sudah 'eksis' di Pulau Dewata sejak tahun 1945 dengan keberadaan wartawan bernama Herman yang menyiarkan berita Proklamasi Kemerdekaan RI dari 'rumah' di Jl Sumatera 56, Banjar Titih, Denpasar (d/h Restoran Betty).
"Untuk publik, peran edukasi/historis/sosial sesuai kebutuhan negara/publik yang selain pelatihan jurnalistik dan pameran foto itu, antara lain magang/UAS (mahasiswa), media visit (mahasiswa, komunitas, dan umum), media partner (swasta/komunitas), dan peran-peran historis. Peran historis ANTARA yang strategis dan fenomenal adalah saat ANTARA melawan kantor berita kolonial ANETA hingga menyebarkan berita Proklamasi Kemerdekaan yang akhirnya 'didengar' PBB," katanya.
Jadi, tugas negara dan tugas publik itu membuktikan bahwa ANTARA sebagai kantor berita tidak hanya melayani pemerintah, namun juga mahasiswa/pelajar, masyarakat umum, komunitas, swasta, dan komponen negara/daerah yang lain. "Itu karena ANTARA memang berorientasi pada negara dalam arti luas yakni pemerintah dan masyarakat. Ya, ANTARA tumbuh bersama negara dan bangsa tercinta ini," tuturnya.
Bahkan, dalam tugas utama pun, ANTARA juga mengembangkan diri dengan mengajak media online dan medsos untuk bermitra dalam mengedukasi masyarakat melalui kemitraan informasi yang melindungi masyarakat dari informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bukan hanya media cetak.
Baca juga: ANTARA jadi "corong" negara/publik pada era disrupsi
Pertanyaan terakhir dari Ricky EraMadani adalah apakah ANTARA sebagai kantor berita juga melakukan kritik?!. "Ya, tapi kritik ANTARA itu dalam koridor Jurnalisme Indonesia yakni menyoroti kebijakan/keputusan pemerintah, DPR/DPRD, dan lembaga negara yang merugikan atau menguntungkan masyarakat. Jadi, ANTARA tidak menyoroti person atau lembaga, tapi kebijakan atau keputusan mereka. ANTARA tidak mengarah ke infotainment, karena person itu tidak terkait dengan kepentingan publik sama sekali, sedangkan kalau menyoroti lembaga akan sama dengan meruntuhkan pilar negara yang siapapun ada di dalamnya, termasuk ANTARA sendiri," katanya.
Selain tidak merujuk pada infotainment, Jurnalisme Indonesia juga mengacu pada nilai-nilai jurnalistik, seperti ketokohan, aktualitas/nilai penting, tingkat dampak, proximity/kedekatan, dan sebagainya. "Nilai-nilai jurnalistik itu sendiri bersifat konten (nilai) dan etika. Untuk etika, ANTARA mengacu pada kode etik jurnalistik," kilahnya.
Dalam "podcast" itu, tim media online yang beralamat di Jl. Bedugul 7-A, Sidakarya, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali, itu, juga menanyakan beberapa pengalaman jurnalistik yang berkesan bagi Edy M Yakub, seperti pengalaman "bersentuhan" dengan Orde Baru dalam kasus terbunuhnya aktivis buruh Marsinah (Nganjuk, Jatim), kasus semburan Lumpur Lapindo (Sidoarjo, Jatim), penembakan gembong teroris DR Azahari, dan penangkapan Amrozi dkk sebagai pelaku Bom Bali (Polda Jatim), serta pengalaman peliputan di kawasan teroris di Poso, Sulawesi.
Program acara bertajuk "Bali Bebas Bicara" edisi ke-7 bersama Kabiro LKBN ANTARA Bali, Edy M Ya'kub, yang
dipandu Ricky Anzuri Brahmana (EraMadani.com) selaku "announcer". (Foto Antara News Bali/HO-EraMadani.com)
Untuk mengunduh perbincangan yang aktual itu, Ricky 'EraMadani' juga mempersilakan kaum milenial untuk mengunduh lewat tautan Youtube atau Spotify, yakni: Youtube : https://youtu.be/U5kmv4n6qIc dan Spotify : https://open.spotify.com/episode/3kgbm5GAZ26jJBVDVlsKcD
Pada Senin (21/12/2020), ANTARA Biro Bali dan media online "EraMadani.com" mendiskusikan pengembangan podcast tematik, diantaranya podcast yang bersifat personal branding.
Radio "SM" Surabaya
Pada Minggu (16/8/2020) pukul 21.30 WITA atau 20.30 WIB, Radio "Suara Muslim FM 93,8" Surabaya mengundang Kabiro LKBN ANTARA Bali Edy M Ya'kub untuk hadir dalam program "Tilawah by Phone" yang diasuh Ustadz Rifhan Halili MPdI Al Hafidz dan disponsori IndiHome.
Dalam program acara yang berlangsung 30 menit itu, Ustadz Rifhan Halili mengawali perbincangan dengan menanyakan kondisi Bali terkini ditengah pandemi COVID-19. "Bali mulai ramai sejak dibuka untuk aktivitas masyarakat pasca-pandemi COVID-19 pada 9 Juli 2020, kemudian wisatawan domestik juga sudah mulai diizinkan masuk sejak 31 Juli 2020, sehingga aktivitas masyarakat mulai meningkat, setelah 3-4 bulan lengang akibat pandemi," kata Edy M Ya'kub.
Setelah itu, Ustadz Rifhan Halili juga meminta Edy untuk menjelaskan peran dan fungsi kantor berita. "Kantor berita itu memiliki tugas utama sebagai pemasok konten kepada media massa, karena media massa itu sifatnya hanya lokal per daerah, sehingga informasi pada tingkat nasional atau informasi tentang daerah lain atau bahkan tentang negara lain selalu dipasok oleh kantor berita yang dimiliki setiap negara. Jadi, kantor berita ibarat grosir, sedangkan media massa ibarat eceran, sehingga ada fungsi masing-masing yang saling bersinergi dalam mata rantai informasi," katanya,
Terkait perkembangan media yang belakangan memunculkan kabar bohong atau hoaks, Edy menyatakan hoaks muncul dengan cukup masif ketika media sosial (medsos) mulai bermunculan, karena medsos itu bisa dimunculkan oleh siapapun atau sangat individual, termasuk oleh mereka yang tdak paham tentan informasi itu apa.
"Kalau media massa dan media online/daring masih ditangani oleh mereka yang ahli di bidang informasi dan melalui proses verifikasi dan editing yang ketat, sedangkan medsos justru sebaliknya. Kalau dalam bahasa agama, korban hoaks pertama adalah Nabi Adam. Tapi, hoaks tidak semasif sekarang, karena sekarang ada medsos yang jumlahnya bukan jutaan tapi miliaran," katanya.
Untuk mengatasi hoaks, Ustadz Rifhan Halili menanyakan cara yang mudah untuk mendeteksi hoaks. "Agar masyarakat tidak mudah tertipu dan tersesat akibat informasi hoaks yang sangat banyak itu, maka Muslim bisa menggunakan proses penelusuran informasi dalam Ilmu Hadits yakni sanad dan matan. Sanad adalah informasi itu harus memiliki sumber/referensi/rujukan, bahkan dalam Ilmu Hadits juga masih dirinci sumber atau narasumber itu juga harus kompeten, misalnya ahli ekonomi jangan bicara tentang kimia, seperti informasi thermogun untuk pengecekan suhu tubuh terkait COVID-19 yang datang dari ekonom," katanya.
Sementara itu, matan adalah konten/isi. "Konten itu harus meyakinkan, bukan meragukan, aneh atau tidak logis, bukan asal berbeda, apalagi ada benturan yang polemik, mengajak untuk berkelahi, memberi ancaman. Terkait konten ini masyarakat sering tertipu dalam 'jebakan medsos', karena dua hal yakni masyarakat tidak bisa membedakan informasi dan non-informasi, sebab kalau non-informasi bisa tanpa sumber/narasumber, seperti cerita, motivasi, humor, dan semacam itu," katanya.
Hal lain yang sering menipu masyarakat adalah masyarakat terlalu percaya dengan foto atau video sebagai hal yang paten, padahal foto dan video yang benar pun belum tentu dapat dipercaya. "Misalnya, foto tentang kebakaran di lereng Gunung Agung tapi diberi narasi 'Gunung Agung meletus' padahal belum meletus, sehingga panik dan langsung di-share kemana-mana, padahal tanpa sumber. Atau, video yang mungkin benar tapi suara-nya dubbing, atau bahkan suara rekayasa," katanya.
Acara "Tilawah by Phone" itu diakhiri dengan permintaan Ustadz Rifhan Halili kepada Edy M Ya'kub untuk membacakan kelanjutan surah Al Qur'an yang dibaca pada acara sebelumnya yakni Surah Yusuf (Juz 12) Ayat 23.
SELAYANG PANDANG "ANTARA BALI"
ERA PERINTIS
0. Herman : 1945
-- “Kantor” ke-1 ANTARA Bali : d/h Restoran Betty Jl Sumatera 56, Banjar Titih, Denpasar
-- Lokasi siar proklamasi (18/8/1945) -- dibaca : Herman/wartawan
-- Sumber: Video Tentang ANTARA Biro Bali
"Berita Proklamasi Kemerdekaan RI sampai ke Provinsi Bali karena dibawa oleh seorang
wartawan ANTARA bernama Herman"
(Buku "Kiprah Kerobokan dan Peranan Markas 'K' Dalam Sejarah Pergerakan Perintis
Kemerdekaan dan Revolusi Fisik 1945" oleh I Gusti Ketut Wibisana Aryadharma)
i. I Wayan Tjatranata - Koresponden Pertama/resmi (1972 – 1979)
-- koresponden resmi ANTARA yang pertama di Bali (tugas utama sebagai wartawan
RRI Denpasar)
-- pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan RI di Bali bernama Herman (koresponden
ANTARA/tidak resmi)
-- "kantor" redaksi di rumahnya di Jl Pulau Bawean 23, Denpasar
-- namanya diabadikan sebagai "award" untuk pihak terbaik berkontribusi yakni Sertifikat
Wayan Tjatranata (sejak 2017)
ii. Ismail Jacob - Utusan Persiapan Cabang Antara (Oktober-Desember 1979)
-- pinjam ruang di kantor Deppen Bali, Jl Melati 23, Denpasar (Okt.-Des. 1979)
-- pinjam Gedung Pos di Jl Kamboja 6, Denpasar (depan Kantor Pos Kreneng):
(Okt.-Des. 1979)
1. Otang Fharyana - Kepala Cabang Pertama (Januari 1980 – 1983)
-- Kepala Cabang Pertama yang ditunjuk Antara Pusat sejak Januari 1980 (berkantor di
Gedung Pos Kreneng, Denpasar)
-- perintis kantor biro-1981 (Jl Mataram 1, Lapangan Lumintang, Kota Denpasar, Bali)
-- Tanah Hak Guna Pakai dari Pemkab Badung seluas tanah 442 meterpersegi itu
satu hamparan dengan PWI Cabang Bali
-- Berita Acara Serah Terima Pemakaian Gedung No. 641/3469/Humas
(tanpa sertifikat/berita acara di LKBN ANTARA Pusat)
(gedung direnovasi dengan dana hibah APBD 2008/Provinsi Bali sebesar Rp260 juta
-- era Kepala Biro Tunggul Susilo/2007 – 2013)
-- rekrut beberapa wartawan, diantaranya IB. Alit Wiratmaja
-- kunjungi Kantor Biro LKBN ANTARA Bali untuk tapak tilas dan dialog/refleksi sebagai
Kepala Cabang Pertama ANTARA Bali (26/9/2022) -- menerima "Sertifikat Tjatranata 2022"
ERA PENGEMBANGAN
2. Syahrul B. Hidayat - Kepala Cabang (1983 – 1986)
-- anak Wiwiek Hidayat (Kepala Cabang LKBN ANTARA Surabaya)
-- melengkapi sarana/prasarana kantor
-- merekrut 2 wartawan (Ketut Atmadja dan Ketut Sutika)
3. IB. Alit Wiratmaja - Kepala Cabang (1986 – 1996)
-- 17-2-1987 : kantor diresmikan Menteri Penerangan H Harmoko
(peresmian disaksikan Gubernur Bali Ida Bagus Mantra dan Pemimpin Umum
LKBN ANTARA Ir Handjojo Nitimiharjo).
-- perintis rumah dinas - 1988
(Jl Gatot Subroto VI-F No. 22, sekitar 300 meter ke timur dari kantor biro)
(tanah Hak Guna Pakai dari Pemkab Badung seluas 300 meterpersegi
dengan IMB/copy, tapi gedung-nya dibangun LKBN ANTARA Pusat)
-- rekrut 2 wartawan baru (Eddy Karna Sinoel/Mataram dan
Dewa Made Suta Sastradinata/resign)
-- Tahun 1996-1998, Alit Wiratmaja dipromosikan jadi Kabiro ANTARA Canberra
4. I Ketut Atmadja - Kepala Biro (1996 – 1998)
5. IB. Alit Wiratmaja - Kepala Biro (1998 – 2000)
-- sempat dua tahun memimpin ANTARA Biro Australia (1996-1998)
6. Chandra Hamdani Noor - Kepala Biro (2000 – 2005)
-- meningkatkan kerja sama dengan kalangan pariwisata
7. Drs. Ahmad Wijaya - Kepala Biro (2005 – 2007)
-- fokus menjalin kekeluargaan di LKBN ANTARA Bali
ERA PEMANTAPAN
8. Tunggul Susilo - Kepala Biro - (2007 – 2013)
-- perintis portal biro (7 Februari 2008) : Era Perum/BUMN
-- era pertama Biro Bali menerima Asmen Pemberitaan, yakni M Irfan Ilmie, lalu Masuki M Astro
-- renovasi kantor biro dengan dana hibah APBD 2008/Provinsi Bali sebesar Rp260 juta
-- Berita Acara Serah Terima Pemakaian Gedung No. 641/3469/Humas
(tanpa sertifikat/berita acara di LKBN ANTARA Pusat)
(gedung direnovasi dengan dana hibah APBD 2008/Provinsi Bali sebesar Rp260 juta,
pembangunan gedung ditangani swasta dibawah kendali Pemprov Bali)
-- membangun merajan atau pura kecil di kantor biro dan rumah dinas
-- rekrut Ni Luh Rismawati, Dewa Wiguna, dan Nyoman Aditya
9. Made Tinggal Karyawan - Kepala Biro - (2013 – 2016)
-- perintis koran biro “Bali Kini” (September 2015)
-- pendukung utama koran "Bali Kini" : Made Tinggal Karyawan/Kabiro,
Ketut Atmadja/mantan Kabiro, dan mendiang maestro seni lukis Bali, Nyoman Gunarsa
-- meninggal dunia dg Plh Kabiro : I Ketut Sutika (September-Desember 2016)
(6 Oktober 2018 : Redaktur Senior I Ketut Sutika menjalani pensiun
-- setelah 2 kali perpanjangan)
10. Edy M Ya’kub - Kepala Biro - (2016 - 2023)
-- perintis portal konvergensi (teks, foto, video, grafis, iklan digital) : 13-5-2017
-- perintis koran digital : 23 Maret 2018
a. 7 Februari 2018 : tutup koran biro “Bali Kini”
b. 25 September 2022 : rintis koran digital (kortal) edisi khusus pariwisata
-- perintis peran non-media :
a. pameran fotografi jurnalistik "Rwa Bhineda" (sejak 13 Desember 2017/tahunan/HUT ANTARA)
b. pelatihan jurnalistik (SMN 2017-2019 serta coaching clinic+UKW : Maret-Mei 2022)
c. pencetus "Tjatranata Award" untuk wartawan/karyawan (internal)
dan mitra media/humas (eksternal) yang berkontribusi
(penerima award 2017-2022: NL Rhismawati-Dewa Wiguna/2017, Pemkab Badung/2018,
Bank Indonesia/2019, Harian Bali Post/2020, PLN/2021, Gubernur Bali Wayan Koster+
Otang Fharyana/2022)
-- pengembangan non-keredaksian:
a. 1 Desember 2018 : mengganti papan nama ANTARA dengan versi aksara Bali
(peraturan daerah dari Gubernur Bali)
b. 22 Juli 2019 : "placement/diseminasi media"
(pengembangan kerjasama konten ANTARA-Kominfo)
c. pengembangan SDM (2018-2022):
-- 6 Oktober 2018 : Redaktur Senior I Ketut Sutika menjalani pensiun
(setelah 2 kali perpanjangan)
-- 11-16 Sept. 2019 : barisan jajaran non-redaksi/pensiun dini
(Analia, Made Sudarta, Tapayasa)
-- 2018-2019 : rekrut Nyoman Hendra (fotografer/pengganti Wira Suryantala) dan
Ayu Khania Pranisitha (koresponden/pengganti Made Surya)
-- 1 Juli 2020 : staf administrasi Nyoman Aditya jadi Karyawan Organik Non-Redaksi
-- 9 Mei 2022 : pewarta senior Komang Suparta jadi Redaktur Portal Biro NTB
dan Ayu Khania Pranisitha (resign/S2)
-- 9 Mei 2022 : pewarta Genta Tenri Mawangi (ANTARA Pusat) menjadi
Pewarta BKO Biro Bali (BKO setahun untuk G20/KTT G20 di Bali)
-- 15 Juni 2022 : rekrut Ni Putu Putri Muliantari (koresponden/pengganti Komang S)
dan Rolandus Nampu (koresponden/pengganti Ayu Khania P.)
-- Nov. - Des. 2022 : evaluasi koresponden untuk fokus foto/tulis (N Fikri Yusuf)
d. pengembangan peran ANTARA = 3 peran/tugas kantor berita
(HUT Dasawindu/13 Desember 2017)
1. TUGAS UTAMA : Kantor Berita/media massa (media cetak/media online/medsos)
2. TUGAS NEGARA : Jubir Negara/Bangsa (era disrupsi untuk counter hoaks dan
branding daerah melalui revitalisasi portal : pemda/BUMN/kampus)
3. TUGAS PUBLIK : Non-Media (publik/milenial : diklat jurnalistik, pameran foto,
Tjatranata Award, i-media, media partner, dan magang/riset)
TIGA TUGAS KANTOR BERITA
1. TUGAS UTAMA (Tugas Kantor Berita)
-- melayani media cetak/media online/medsos
-- kompas informasi (rujukan/dikutip)
-- platform: melalui jejaring distribusi khusus (VSAT/wire/brand-A/sp2mt)
2. TUGAS NEGARA (Tugas Diplomasi Informasi)
-- diplomasi informasi eksternal
(perwakilan/biro luar negeri dan jejaring dengan kantor berita asing/OANA/AsiaNet)
-- diplomasi informasi internal
(counter hoaks dan branding potensi negara/daerah secara digital)
-- peran diplomasi historis
(melawan kantor berita kolonial ANETA/siarkan Proklamasi Kemerdekaan)
-- platform : pengembangan agenda setting secara multi media
a. portal konvergensi/online (imbal siar/inforial),
b. koran digital (ANTARA Bali),
c. ANTARA Eye (portal untuk foto/video premium),
d. medsos,
e. podcast,
f. media luar ruang (videotron/i-media/TV-C di ruang tunggu)
(ruang tunggu DPMPTSP Gianyar; RSUD Gianyar; Diskominfo Pemkab Jembrana
--> mulai 21 Januari 2018)
g. Big Data (ETP/platform untuk jejaring khusus bisnis-finansial)
3. TUGAS PUBLIK (Tugas Non-Media)
-- peran-peran literasi/edukasi/historis/sosial
-- platform (non-platform) :
a. diklat jurnalistik (Jurnalisme Indonesia),
b. pameran fotografi jurnalistik (nyata-maya),
c. magang (riset, media visit, dan peran membersamai publik milenial),
d. Tjatranata Award/ANTARA Bali (sertifikat pihak paling kontribusi)
e. media partner (event)
"Eramadani.com"-ANTARA Bali kupas "Perkembangan dan Jebakan Medsos" lewat "podcast"
Jumat, 24 Juli 2020 15:31 WIB
ANTARA berorientasi pada negara dalam arti luas yakni pemerintah dan masyarakat. Ya, ANTARA tumbuh bersama negara dan bangsa tercinta ini