Denpasar (ANTARA) -
Saat merayakan Natal dan Tahun Baru bersama para jurnalis asal Nusa Tenggara Timur di Denpasar, Bali, Minggu (8/1), Uskup Silvester mengatakan pluralisme merupakan fakta yang tidak bisa ditolak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, apalagi dalam konteks Indonesia.
"Memang kebhinekaan rawan akan konflik dan perpecahan, tetapi keanekaragaman itu juga merupakan anugerah Allah yang harus disyukuri, dirawat, dan dikembangkan sebagai kekayaan dan kekuatan bersama. Dalam kebersamaan, kita mampu lebih bangkit lebih kuat, pulih lebih cepat dari pandemi COVID-19," kata dia.
Menurut Uskup, semangat Natal mesti memampukan semua umat khususnya pekerja media dengan jalannya yang khas menyebarkan tulisan pertobatan ekologis untuk menyelamatkan bumi yang mengalami banyak perubahan pada dasawarsa terakhir.
Baca juga: "Global Media Congress 2022" ajak media ubah masa depan anak muda
Selain itu, para pekerja media terus mengembangkan jurnalisme yang simpati kepada masyarakat korban dalam berbagai aspek kehidupan.
"Berpihak bagi saudara kita yang menjadi korban misalnya korban kekerasan seksual, korban peredaran obat-obat terlarang, korban pemutusan hubungan kerja, korban diskriminasi, korban bencana alam dan berbagai bentuk ketidakadilan lain yang hadir dalam peristiwa memanggil kita untuk peduli kepada sesama yang sedang menderita," kata dia.
Keberpihakan kepada para korban, kata dia, menumbuhkan harapan dan semangat bagi mereka untuk kembali melangkah dan berjuang meraih mimpi-mimpi yang mungkin telah hilang. Berani berpihak kepada korban juga merupakan jalan khas yang perlu dikomunikasikan ketika masih banyak orang yang hanya menjadi penonton saat sesamanya menderita atau menjadi korban atau yang sengaja menutup mata agar hidupnya tetap aman.
Mgr. Silvester mengatakan berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai karya manusia seharusnya dimanfaatkan untuk memuliakan Allah dengan membangun tata kehidupan bersama yang harmonis.
"Media sosial sebagai bagian dari kemajuan ini menawarkan jalan-jalan baru untuk mewartakan kasih Allah. Berkaitan dengan hal ini perlu kita sadari bahwa saat ini kita hidup dalam era modern dan era globalisasi yang antara lain ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi yang serba canggih dan digital termasuk teknologi komunikasi dan informasi dan ini sangat memengaruhi perilaku kehidupan manusia," kata dia.
Baca juga: "Trusted Media Summit" di Bali rekomendasikan pentingnya regulasi dan otoritas media
Menurutnya harus diakui bahwa perkembangan teknologi termasuk teknologi informasi memberikan banyak kemudahan dalam kehidupan antara lain kemudahan dalam mengakses informasi dan ilmu pengetahuan dari berbagai sumber, dari berbagai belahan dunia, serta menciptakan sistem kerja yang efektif dan efisien dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup termasuk dalam urusan-urusan belanja, urusan kuliner, urusan gaya hidup.
Media massa pun media sosial dengan berbagai teknologi canggih dan teknologi komunikasi yang ada menjadi solusi yang begitu menjanjikan di masa pandemi dimana orang dapat melakukan ibadah secara online, sekolah online dan lain-lain secara virtual.
Namun demikian, dampak negatif yang ditimbulkan dari perkembangan media juga dahsyat. Munculnya beraneka ragam media sosial dan berbagai aplikasi online membuat orang bisa menulis apa saja yang dia inginkan dan pikirkan tanpa peduli yang diupload atau yang diunggah itu menginspirasi dan bermanfaat bagi hidup orang lain atau justru menimbulkan friksi atau percekcokan dalam masyarakat.
Karena itu, Uskup tetap mengharapkan para jurnalis tetap bekerja dengan caranya yang khas mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan.
"Dunia akan begitu indah ketika orang bermedia sosial dengan cerdas dan bijaksana, menghindari penyebarluasan berita bohong ujaran kebencian, bullyng, manipulasi, radikalisme intoleransi dan dengan demikian menimbulkan kegaduhan," kata dia.
Baca juga: Praktisi media ajak masyarakat Bali bijak memilah informasi untuk hindari hoaks
Jurnalis sebagai panggilan hidup mesti dimaknai dengan memberikan pencerahan di era disrupsi komunikasi sosial demi tumbuhnya nilai-nilai kehidupan apapun situasi dan perubahan itu.
"Zaman boleh berubah, namun nilai kehidupan dan nilai iman tidak boleh dikorbankan. Saya meminta para jurnalis yang bergerak pada media informasi dipanggil untuk menumbuhkan keadilan dan membangun kehidupan yang bermartabat, serta berkontribusi untuk membangun Gereja dan bangsa ini dengan menuliskan pendapat, opini dan berita yang menyejukkan dan mendamaikan hati banyak orang, foto-foto tentang keindahan hidup bersama di tengah aneka perbedaan atau membuat film-film pendek yang menginspirasi orang untuk peduli kepada orang lain, serta alam agar benar-benar dijaga," kata dia.
Para jurnalis berpartisipasi menyebarkan nilai-nilai kehidupan dengan terus-menerus menggaungkan jurnalisme yang sejuk dengan mengisi ruang publik dengan kesejukan dan kedamaian guna menyebarluaskan nilai-nilai keadilan kebenaran, kebersamaan.
Uskup berharap para pekerja di bidang media bersama-sama melawan ujaran kebencian dan berita-berita bohong yang dapat merusak kerukunan hidup bersama.
"Media massa kita manfaatkan sebagai sarana pewartaan, sehingga mampu menggerakkan banyak orang untuk menjadi insan-insan perdamaian di lingkungan keluarga, Gereja, masyarakat dan negara," kata dia.