Denpasar (ANTARA) - Student Research Community (SRC) Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar Bali bersinergi dengan Pusat Studi Undiknas dan Perempuan Indonesia Maju Provinsi Bali mendiskusikan upaya membangkitkan minat belajar mahasiswa dengan sistem daring di tengah pandemi COVID-19.
"Tidak bisa dipungkiri penggunaan teknologi dari sistem pembelajaran daring di masa pandemi COVID-19 ini tentunya memiliki sisi positif maupun negatif," kata Kepala Pusat Studi Undiknas dan Ketua PIM Provinsi Bali Dr AAA Ngr Tini Rusmini Gorda SH,MM,MH dalam acara Webinar Nasional bertajuk "Membangkitakan Minat Belajar Mahasiswa Dalam Sistem Daring", di Denpasar, Jumat (17/7).
Menurut dia, sisi positif dari pembelajaran daring salah satunya membuka kebebasan ekspresi dari ide-ide mahasiswa yang tidak muncul ketika perkuliahan tatap muka karena rasa malu, segan, takut atau bahkan belum memiliki kemampuan verbal yang baik.
"Selain itu, pembelajaran daring juga dapat membantu mahasiswa yang tinggal di daerah terpencil yang kesulitan akses menuju kampus maupun berbenturan waktu terutama mahasiswa yang kuliah sambil bekerja," ujar Tini Gorda.
Di sisi lain, dengan pembelajaran daring akan meniadakan pola pengajaran tradisional yang "top and down" yang mana dosen tahu segalanya dan mahasiswa diharuskan hanya mengikuti apa kata dosen. Kemudian meningkatkan kreativitas, sosialisasi personal, dan kemandirian, baik dosen maupun mahasiswa, dalam memperkaya dirinya dengan terus berinovasi untuk selalu mencari pengetahuan baru.
"Sementara sisi negatif dari sistem pembelajaran daring salah satunya adalah tidak semua mahasiswa memiliki tingkat kepahaman yang sama," ucapnya pada acara yang dipandu Ni Putu Yunita Anggreswari, SIKom., MMed.Kom itu.
Bagi mahasiswa yang rajin dan mudah menyerap informasi maka cara belajar daring akan dengan mudah diserap, namun bagi yang kurang terbiasa dengan cara itu, kemungkinan akan kesulitan tidak hanya waktu menyerap perkuliahan berbasis daring yang disampaikan dosennya tetapi juga kemampuan beradaptasi dengan aplikasi teknologi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).
Webinar nasional itu menghadirkan sejumlah narasumber yakni Prof Dr Drs Henri Subiakto, SH, MA (Staff Ahli Menteri Kominfo RI), Dr Bandanandjaya, ST,MT (Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, KEMDIKBUD RI) , Prof Rhenald Kasali, PhD (Founder Rumah Perubahan) dan Penanggap Dr Rahajeng Widya SE,MM,CPC,CPHRM (Praktisi Pendidikan). Webinar ini dibuka oleh Ketua Perempuan Indonesia Maju, Lana Koentjoro SH.
Webinar nasional ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai daerah di Tanah Air, para akademisi, para ahli, dan kalangan umum.
Staff Ahli Menteri Kominfo RI Prof Dr Drs Henri Subiakto, SH, MA mengatakan pandemi memaksa masyarakat untuk mewujudkan edukasi berbasis teknologi, meski begitu ini justru mempercepat terwujudnya education 4.0.
Sedangkan, Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, KEMDIKBUD RI Dr Bandanandjaya, ST ,MT mengharapkan perguruan tinggi dapat menjawab tantangan industri agar terciptanya lulusan yang unggul dan terampil.
"Perguruan tinggi juga harus visioner agar mampu melihat apa yang menjadi kebutuhan industri beberapa tahun kedepan. Tentu dalam hal ini teknologi berperan penting untuk mewujudakan proses pembelajaran," katanya.
Prof Rhenald Kasali, Ph.D berpandangan pada dasarnya jika menunggu manusia siap untuk berubah tentu tidak akan pernah siap.
"Justru bagus ketika kita sama-sama dipaksa untuk berubah oleh pandemi yang sedang terjadi sehingga kita dapat sama-sama bertransformasi untuk mengikuti perkembangan teknologi," katanya.